TEHERAN (Berita SuaraMedia) – Para pemimpin kelompok oposisi Iran akan
melakukan sebuah langkah yang tidak diperkirakan sebelumnya. Mereka
hendak meminta maaf kepada AS pada peringatan 30 tahun penyerbuan
kedutaan besar AS di kota Teheran.
Dalam sebuah langkah yang diperkirakan akan menyulut kemarahan besar
diantara kalangan garis keras rezim Teheran, kelompok oposisi pada hari
Rabu besok akan meminta maaf atas krisis kekerasan yang menyita
perhatian dunia selama 444 hari dan berujung pada perpecahan hubungan
antara Iran dan AS, dimana Iran kini sering menyebut AS sebagai "Setan Besar".
Para pengorganisir Gerakan Hijau, kelompok bentukan yang berupaya
untuk membalikkan hasil resmi pemilihan presiden Iran pada bulan Juni
silam, berencana untuk mempergunakan peringatan resmi pengambilalihan
kedutaan tersebut untuk melancarkan serangan terhadap keabsahan
revolusioner dari pemimpin Iran, Mahmoud Ahmadinejad.
Mohsen Makhmalbaf, seorang sutradara film terasing yang menjadi ujung
tombak kampanye kelompok oposisi di luar negeri, mengatakan bahwa Iran
harus mengantisipasi kejadian pada tahun 1979,
dimana sekelompok orang pro rezim penguasa mengambil alih kedutaan AS
serta menahan para diplomat dan penghuni kedutaan lainnya.
"Tiga puluh tahun yang lalu, dalam peristiwa kerusuhan revolusioner,
terjadi tindakan penyanderaan yang tidak dapat dibenarkan. Hal tersebut
sama sekali bukan sesuatu yang membanggakan bagi generasi muda Iran,"
katanya.
"Kami tahu benar betapa tindakan yang patut disayangkan tersebut
melukai harga diri rakyat AS, dan bagaimana hal tersebut berujung pada
hubungan buruk antara kedua negara yang telah berlangsung selama tiga
dekade."
"Hanya sekelompok kecil golongan yang memegang kekuasaan di Iran hari
ini yang masih bersikeras untuk tetap melibatkan Iran dalam konfrontasi
dengan AS, Inggris dan Barat. Dan mereka kini telah menjadikan rakyat
Iran sebagai sandera untuk menjalankan kebijakan-kebijakan destruktif
mereka.
Para pengunjuk rasa berencana untuk mengirimkan sebuah surat yang
dialamatkan kepada Presiden Barack Obama kepada kedutaan AS di kota
London dan memberikan piagam peringatan kepada seluruh kedutaan besar AS
di seluruh penjuru benua Eropa.
Hari Pelajar (Students Day) diperingati setiap tanggal 4 November
oleh banyak orang diluar gedung kedutaan untuk menandai pengambilalihan
tersebut sambil meneriakkan slogan-slogan seperti "kematian bagi
Amerika" dan "kematian untuk Israel".
Namun sebuah kampanye yang berbasis di Internet telah menyebarkan
serangkaian poster yang menyerukan kepada para penyusup untuk mencela
terpilihnya kembali Presiden Mahmoud Ahmadinejad.
Para penantang presiden, termasuk mantan perdana menteri Iran, Mir
Hossein Mousavi, menuntut diselenggarakannya pemilihan ulang karena
pemilihan tersebut diduga mengandung banyak kecurangan.
Iran telah menindak berbagai gerakan demonstrasi oposisi dan
penggunaan kekerasan oleh rezim penguasa Iran telah memicu lahirnya
gerakan perlawanan. Respon pemerintah garis keras yang diperintahkan
oleh pemimpin tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei, berujung pada kematian
30 orang pengunjuk rasa dan penahanan ribuan orang lainnya.
Dengan memperlihatkan rasa simpati atas pengambilalihan kedutaan AS,
kelompok posisi berupaya memanfaatkan salah satu peristiwa peringatan
pertama dalam bulan-bulan awal pemerintahan baru Ahmadinejad.
Ahmad Reza Radan, deputi kepala polisi Iran, telah memperingatkan bahwa tindakan melawan demonstrasi akan diredakan.
Bekas lokasi kedutaan AS di pusat kota Teheran kini
ditempati oleh pasukan elit Iran, Garda Revolusioner, dan secara
reguler menggelar pameran yang menyoroti kejahatan-kejahatan AS. (dn/tg)
www.suaramedia.com