Mungkin hari INI aku mengalami INI, di SINI dan begINIlah rasanya. Namun, besok yang ku alami ITU, akan kau alami di SANA dan begITUlah rasanya
~^() Karena Separuh Aku adalah Separuh Kau dan Separuh Mereka;;;
”Telah tampak kerusakan di daratan dan di
lautan, disebabkan oleh perbuatan tangan manusia. Allah ingin merasakan kepada
mereka sebagian akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar).” (ar-Rum: 41)
Pesan ini mengantarkanku untuk merenungkan
kembali apa yang telah terjadi, yang sedang terjadi dan yang akan terjadi
denganku suatu saat nanti. Paradigma kehidupan yang sudah sangat semrawut tidak
hanya terjadi di berbagai tempat di tanah air atau di seluruh dunia melainkan
juga terjadi di sekitar kehidupanku. Pada ayat di atas menggambarkan bahwa
setiap yang terjadi itu adalah akibat perbuatan manusia itu sendiri termasuk
aku. Jika di sana tengah terjadi suatu peristiwa yang “wah”, maka aku yang
mendengar peristiwa tersebut tentu memberikan suatu respon, walaupun hanya
sekedar menerawang “bagaimana jika peristiwa itu menimpaku saat ini, di sini, dan
seperti itu?”.
Andaikata dulu, Allah menciptakan hanya seorang
Adam dengan Hawa lalu tidak ada kelanjutan atau tidak ada yang namanya
keturunan, tentu saja yang terjadi di bumi ini hanyalah akibat ulah mereka
berdua. Yah, karena mereka yang melakukan, mereka yang alami, mereka yang
menanggung akibatnya. Namun, kesempurnaan Allah, menciptakan keturunan sebagai
perpaduan antara kesempurnaan dan fitrah zat Ilah-Nya. Pun, tidaklah diciptakan
manusia kecuali hanya untuk menyembah-Nya saja. Sehingga dapat dikatakan bahwa
kehidupanku adalah menjadi bagian dari kehidupan manusia lainnya, yaitu untuk
beribadah kepada-Allah.
Separuh Aku,
Jika merujuk pada tujuan awal penciptaan
manusia yakni untuk beribadah kepada Allah, berarti seluruh yang ada dalam diri
adalah hak Allah untuk di ibadahi. Dengan kata lain, mulai dari ujung rambut
hingga ujung kaki merupakan subjek penting yang Allah ciptakan dan keseluruhan
itu memuji Allah dalam segala bentuk ketaatannya. Lalu, yang dimaksud dengan
Separuh aku itu apa? Yah, maksudnya adalah ada beberapa bagian dari diri
menjadi hak bagi sebagian yang lain. Contohnya Saat kita menikah, maka diri
telah memenuhi separuh dari agamanya.
Separuh Kau,
Tentu saja pembaca merasakan setelah membaca
tulisan ini juga akan ikut menerawang tentang diri bahwasanya keberadaan
pembaca merupakan bagian dari penulis. Kenapa bisa demikian? Penulis ini,
mengisyaratkan bahwa pada saat tulisan ini dibuat tentu saja untuk dibaca. Apa
yang ada dalam pikiranku, hatiku lalu ditorehkan dengan tinta cursor ini untuk
baca, dipahami, dimaklumi oleh pembaca. Dari pembaca saya mendapatkan motivasi
dan atau kepuasan tertentu dari niat pembaca untuk mengerti apa yang ku
utarakan. Jika ada respon, berarti pembaca mengkontak langsung apa yang saya
maksudkan. Dengan kata lain, pembaca telah memberikan separuh darinya untukku.
Separuh Mereka,
Poin yang ini dapat tidak dapat kita pungkiri
bahwa manusia adalah makhluk sosial (zoon politikon). Manusia yang tidak dapat
hidup sendiri, makhluk yang saling membutuhkan satu sama lain. Itu artinya,
bahwa kita adalah bagian dari orang lain. Dengan demikian, makna kata separuh
mereka mengingatkan kita akan arti hubungan yang satu baik itu hubungan
saudara, sahabat, pertemanan walaupun klaim kita, kita bukanlah sedarah. Namun
dalam islam dikatakan bahwa “muslim itu saudara”. Berarti separuhku
adalah bagian dari mereka.
Demikian gambaran tentang hubungan horizontal
yang ku maksudkan. Lalu dikaitkan dengan ragam peristiwa yang terjadi di
seluruh isi bumi ini (Alam-Manusia dan Manusia-Alam). Semua berkaitan, semua
saling membutuhkan, semua saling berpadu, semua saling menyatu. Hanya saja,
konsepsi kepentingan, pengejewantahan keyakinanlah yang membedakan manusia itu
begini dan begitu. Padahal manusia seluruhnya telah kita yakini kebenaran
asal-muasalnya yaitu dari Nabi Adam As dan Hawa As.
Tulisan ini dimaksudkan untuk mengingatkan saya
dan kepada seluruh pembaca di manapun berada bahwa kita semua adalah satu yakni
makhluk yang bernama manusia dimana “Manusia itu diciptakan hanya untuk
beribadah kepada Allah Semata”.
Wallahu a’lam