EMPAT MEI UNTUK AYAH
ANTARA BAHAGIA DAN DUKA
Aba Adith Ajha
****************************
(Hantaran),
Melajumu amat cepat awak waktu
Selangkah genap Bulan
kedua belas
Berpacu melalui
lurusnya jalan hidup
sampailah ditahun
duaribu dua belas
Ingatku di duapuluh
lima tahun yang lalu
Saat ibu pertama
mengenalkanku pada dunia baru
saat ayah pertama
mendengungkan azan ditelingaku
saat ibu menggendong
dan menyusuiku
saat ayah & ibu
merawat dan membesarkanku
ku lihat berjuta-juta
warna hiasi bola mataku
ku rasakan luapan
kasih dan sayang menjamah dihidupku
walau suka dan
bahagia menjadi iring-iringannya
kian kulalui indah
bersama dan dan terus bersama
(Kembali),
lembaran yg begitu
lama ku lipat
kerelaan setahun lama
ku pegang erat
bersama dan berlalu
angan yang kian ketat
kepedihan kembali
mendesak dan kian mendekat.
saat dimana memori
memaksaku membuka
selama raga bersamamu
indah
sejagad menyaksikan
betapa itu hidup
digembleng derita
yang tak kunjung pudar kau rasa
(kenapa ayah?)
membiarkan derita menjadi
cinta buatmu
membiarkan sengsara
menjadi sahabatmu
membiarkan duka
menjadi tetesan darahmu
membiarkan pahit
menjadi jiwa masamu
(hanya untukku?)
yang kau lahirkan
lewat rahim ibuku
yang kau hidupkan
lewat keringat perihmu
yang kau banggakan
lewat jerih dan payahmu
yang kau muliakan
lebih daripadamu
(apa balasanku?)
Hanya kesusahan?
Hanya penderitaan?
Hanya kesengsaraan?
Hanya kedurhakaan?
(Maafkan aku ayah?)
Maafkan atas
kekhilafanku, membiarkanmu tidak terjamah
Maafkan atas
kebodohanku, membiarkanmu tidak bahagia
Maafkan atas
kelemahanku, membiarkanmu tidak berdaya
Maafkan atas kekuranganku,
membiarkanmu tidak sejahtera
(kenangku),
detik-detik dimana engkau ku kenang wahai jiwa
detik-detik dimana engkau ku kenang wahai jiwa
aku berpacu bersama
jarak yang membentang
ku tancap kecepatan
yang tak tersadar mata
ku lawan kepedihan
yang berpadu dan ketakutan
berbagai lafal ku
ucapkan,,
berbagai pujian ku
khaturkan padaNya
tak kuasa, ku saksikan kenyataan hari itu
tak kuasa, ku saksikan kenyataan hari itu
malaikat penggenggam
jiwa
ku saksikan diri
datangnya perlahan
menjemput dan membawamu
pulang
(ikhlasku?)
ku coba tersenyum
saat jiwanya ku lepas
lara hati menangis
melepasnya perlahan
betapa tak berdayanya
aku ingin memelukmu
betapa tak kuasanya
aku ingin menjamahmu
kehendak
takdir-Nya-lah ku cukupkan kerelaan akhirnya
harap semoga Rabb
mempertemukan kasih sayang anak dan ayahnya.
Ya Allah,
Ya Allah,
Ampuni Hamba,
Ampuni Kedua Orang
Tua Hamba,
Sebagaimana mereka
telah mengasihi dan menyayangi hamba,
Sewaktu kecil hamba,
Amiin… Ya Rabby…