
Para peneliti telah mengidentifikasi penyakit baru misterius yang
membuat orang-orang di Asia dan beberapa di Amerika Serikat menderita
gejala-gejala seperti AIDS meskipun tidak terinfeksi HIV.
Sistem imunitas para pasien ini dirusak, membuat tubuh mereka tidak bisa
mengusir kuman seperti layaknya orang sehat. Pemicunya masih tidak
diketahui, namun penyakit itu sepertinya tidak menular.
Penyakit ini sejenis defisiensi imunitas yang tidak diturunkan dan
terjadi pada orang dewasa, namun tidak menyebar lewat virus seperti
AIDS, ujar Dr. Sarah Browne, ilmuwan dari Lembaga Nasional untuk
Penyakit Alergi dan Menular.
Ia membantu memimpin penelitian bersama para peneliti di Thailand dan
Taiwan, tempat kasus-kasus penyakit tersebut ditemukan sejak 2004.
Laporan mereka dimuat dalam New England Journal of Medicine edisi Kamis
(23/8).
“Ini betul-betul menarik. Saya telah menemui paling tidak tiga pasien
pada 10 tahun terakhir yang mungkin mengidap penyakit ini,” ujar Dr.
Dennis Maki, spesialis penyakit menular di University of Wisconsin,
Madison di Amerika Serikat.
Ada kemungkinan bahwa penyakit ini dipicu suatu infeksi, meksipun
penyakit tersebut sepertinya tidak menyebar dari orang ke orang,
ujarnya.
Penyakit tersebut berkembang pada usia rata-rata pasien 50 tahun, namun
tidak diturunkan di antara anggota keluarga, yang berarti tidak mungkin
disebabkan oleh satu jenis gen, ujar Browne. Beberapa pasien telah
meninggal karena banyak infeksi, termasuk warga Asia yang tinggal di AS,
meskipun Browne tidak dapat memperkirakan jumlahnya.
Kim Nguyen, 62, penjahit dari Vietnam yang tinggal di Tennessee sejak
1975, sakit berat saat ia mencari pertolongan untuk demam yang tak
kunjung reda, infeksi tulang dan gejala-gejala ganjil lainnya pada 2009.
Ia sakit dan pulih selama beberapa tahun dan telah mengunjungi Vietnam
pada 1995 dan sekali lagi pada awal 2009.
“Ia kehilangan bobot tubuhnya akibat infeksi sistemik yang awalnya
seperti tuberkulosis tapi ternyata bukan,” ujar Dr. Carlton Hays Jr.,
dokter keluarga di Klinik Jackson, Jackson di Tennessee. “Tubuhnya
sendiri sudah mungil, tapi saat pertama kali bertemu, beratnya 45
kilogram, namun kemudian turun sampai 34 kilogram.”
Nguyen (dibaca "when") dirujuk ke spesialis-spesialis di Lembaga
Kesehatan Nasional (NIH) yang telah melacak kasus-kasus yang sama. Ia
menghabiskan waktu satu tahun di Rumah Sakit NIH di Bethesda, negara
bagian Maryland, dan sekarang sedang berada di sana untuk diawasi dan
perawatan lebih lanjut.
“Saya merasa sehat sekarang,” ujarnya pada Rabu (22/8). Tapi ketika
sakit, “saya merasa pusing, pening, hampir jatuh,” katanya. “Saya tidak
dapat makan apapun.”
AIDS, singkatan dari acquired immune deficiency syndrome, merupakan
penyakit spesifik yang melemahkan sistem imunitas dalam hidup seseorang,
bukan karena kerusakan gen yang diwariskan seperti “bayi-bayi
gelembung” yang lahir tanpa kemampuan melawan kuman.
Virus yang menyebabkan AIDS, HIV, menghancurkan sel-sel T, pasukan kunci
sistem imunitas yang melawan kuman. Penyakit baru ini tidak
mempengaruhi sel-sel tersebut, namun menyebabkan jenis kerusakan yang
berbeda. Penelitian Browne terhadap lebih dari 200 orang di Taiwan dan
Thailand menemukan bahwa sebagian besar dari penderita penyakit tersebut
menghasilkan senyawa yang disebut autoantibodies yang menghambat
interferon-gamma, sinyal kimia yang membantu tubuh membersihkan infeksi.
Terhambatnya sinyal tersebut membuat orang-orang seperti terkena AIDS –
rentan terhadap virus, infeksi jamur dan parasit, tapi terutama
mikobakteri, sekelompok kuman yang mirip dengan tuberkulosis dan dapat
menyebabkan kerusakan paru-paru yang parah. Para peneliti menyebut
penyakit baru ini sindrom defisiensi imunitas yang menyerang orang
dewasa, karena penyakit ini berkembang pada usia dewasa tanpa tahu
mengapa dan bagaimana.
“Pada dasarnya kami tidak tahu apa yang menyebabkan tubuh pasien membuat antibodi tersebut,” ujar Browne.
Antibiotik tidak selalu efektif, jadi para dokter telah mencoba berbagai
pendekatan lain, termasuk obat kanker yang membantu menekan produksi
antibodi tersebut. Penyakit ini mereda pada beberapa pasien saat
infeksi-infeksinya dijinakkan, namun para peneliti yakin sistem imunitas
yang rusak tersebut sepertinya merupakan kondisi kronis.
Para peneliti tersebut menyimpulkan fakta bahwa para pasien adalah orang
Asia atau lahir di Asia menunjukkan bahwa faktor genetik dan lingkungan
seperti infeksi memicu penyakit ini.
Kasus-kasus pertama muncul pada 2004 dan penelitian Browne melibatkan sekitar 100 orang dalam enam bulan.
“Kami tahu ada banyak penderita lainnya di luar sana, termasuk banyak
kasus yang dikira sebagai tuberkulosis di beberapa negara,” ujarnya.
(AP/Marilynn Marchione)
Source : VoaIndonesia