Tuesday, March 12, 2013
Mirip AIDS, Tetapi Tidak Menular
Para peneliti telah mengidentifikasi penyakit baru misterius yang membuat orang-orang di Asia dan beberapa di Amerika Serikat menderita gejala-gejala seperti AIDS meskipun tidak terinfeksi HIV.
Sistem imunitas para pasien ini dirusak, membuat tubuh mereka tidak bisa mengusir kuman seperti layaknya orang sehat. Pemicunya masih tidak diketahui, namun penyakit itu sepertinya tidak menular.
Penyakit ini sejenis defisiensi imunitas yang tidak diturunkan dan terjadi pada orang dewasa, namun tidak menyebar lewat virus seperti AIDS, ujar Dr. Sarah Browne, ilmuwan dari Lembaga Nasional untuk Penyakit Alergi dan Menular.
Ia membantu memimpin penelitian bersama para peneliti di Thailand dan Taiwan, tempat kasus-kasus penyakit tersebut ditemukan sejak 2004. Laporan mereka dimuat dalam New England Journal of Medicine edisi Kamis (23/8).
“Ini betul-betul menarik. Saya telah menemui paling tidak tiga pasien pada 10 tahun terakhir yang mungkin mengidap penyakit ini,” ujar Dr. Dennis Maki, spesialis penyakit menular di University of Wisconsin, Madison di Amerika Serikat.
Ada kemungkinan bahwa penyakit ini dipicu suatu infeksi, meksipun penyakit tersebut sepertinya tidak menyebar dari orang ke orang, ujarnya.
Penyakit tersebut berkembang pada usia rata-rata pasien 50 tahun, namun tidak diturunkan di antara anggota keluarga, yang berarti tidak mungkin disebabkan oleh satu jenis gen, ujar Browne. Beberapa pasien telah meninggal karena banyak infeksi, termasuk warga Asia yang tinggal di AS, meskipun Browne tidak dapat memperkirakan jumlahnya.
Kim Nguyen, 62, penjahit dari Vietnam yang tinggal di Tennessee sejak 1975, sakit berat saat ia mencari pertolongan untuk demam yang tak kunjung reda, infeksi tulang dan gejala-gejala ganjil lainnya pada 2009. Ia sakit dan pulih selama beberapa tahun dan telah mengunjungi Vietnam pada 1995 dan sekali lagi pada awal 2009.
“Ia kehilangan bobot tubuhnya akibat infeksi sistemik yang awalnya seperti tuberkulosis tapi ternyata bukan,” ujar Dr. Carlton Hays Jr., dokter keluarga di Klinik Jackson, Jackson di Tennessee. “Tubuhnya sendiri sudah mungil, tapi saat pertama kali bertemu, beratnya 45 kilogram, namun kemudian turun sampai 34 kilogram.”
Nguyen (dibaca "when") dirujuk ke spesialis-spesialis di Lembaga Kesehatan Nasional (NIH) yang telah melacak kasus-kasus yang sama. Ia menghabiskan waktu satu tahun di Rumah Sakit NIH di Bethesda, negara bagian Maryland, dan sekarang sedang berada di sana untuk diawasi dan perawatan lebih lanjut.
“Saya merasa sehat sekarang,” ujarnya pada Rabu (22/8). Tapi ketika sakit, “saya merasa pusing, pening, hampir jatuh,” katanya. “Saya tidak dapat makan apapun.”
AIDS, singkatan dari acquired immune deficiency syndrome, merupakan penyakit spesifik yang melemahkan sistem imunitas dalam hidup seseorang, bukan karena kerusakan gen yang diwariskan seperti “bayi-bayi gelembung” yang lahir tanpa kemampuan melawan kuman.
Virus yang menyebabkan AIDS, HIV, menghancurkan sel-sel T, pasukan kunci sistem imunitas yang melawan kuman. Penyakit baru ini tidak mempengaruhi sel-sel tersebut, namun menyebabkan jenis kerusakan yang berbeda. Penelitian Browne terhadap lebih dari 200 orang di Taiwan dan Thailand menemukan bahwa sebagian besar dari penderita penyakit tersebut menghasilkan senyawa yang disebut autoantibodies yang menghambat interferon-gamma, sinyal kimia yang membantu tubuh membersihkan infeksi.
Terhambatnya sinyal tersebut membuat orang-orang seperti terkena AIDS – rentan terhadap virus, infeksi jamur dan parasit, tapi terutama mikobakteri, sekelompok kuman yang mirip dengan tuberkulosis dan dapat menyebabkan kerusakan paru-paru yang parah. Para peneliti menyebut penyakit baru ini sindrom defisiensi imunitas yang menyerang orang dewasa, karena penyakit ini berkembang pada usia dewasa tanpa tahu mengapa dan bagaimana.
“Pada dasarnya kami tidak tahu apa yang menyebabkan tubuh pasien membuat antibodi tersebut,” ujar Browne.
Antibiotik tidak selalu efektif, jadi para dokter telah mencoba berbagai pendekatan lain, termasuk obat kanker yang membantu menekan produksi antibodi tersebut. Penyakit ini mereda pada beberapa pasien saat infeksi-infeksinya dijinakkan, namun para peneliti yakin sistem imunitas yang rusak tersebut sepertinya merupakan kondisi kronis.
Para peneliti tersebut menyimpulkan fakta bahwa para pasien adalah orang Asia atau lahir di Asia menunjukkan bahwa faktor genetik dan lingkungan seperti infeksi memicu penyakit ini.
Kasus-kasus pertama muncul pada 2004 dan penelitian Browne melibatkan sekitar 100 orang dalam enam bulan.
“Kami tahu ada banyak penderita lainnya di luar sana, termasuk banyak kasus yang dikira sebagai tuberkulosis di beberapa negara,” ujarnya. (AP/Marilynn Marchione)
Source : VoaIndonesia
Subscribe to:
Post Comments (Atom)