Ini adalah kisah nyata. Kisah tentang kehidupan dua orang wanita. Sebut saja mereka Mawar dan Melati. Secara kasat mata, keduanya tampaklah sama. Mereka berdua juga mengabdikan diri sepenuhnya untuk mengurus keluarga. Penghasilan suami- suami mereka kurang lebih juga sama. Merekapun memiliki keahlian yang seimbang dalam menata keuangan keluarga. Dan dari semua kesaamaan itu, hal yang paling mirip adalah yang berkaitan dengan hobi, yaitu berbelanja.
Namun, mereka memiliki sedikit perbedaan
mencolok. Hal ini terjadi terutama diakhir bulan. Mawar bisa
menyisihkan uangnya untuk ditabung. Sedangkan Melati, dia pasti sibuk
kesana kemari untuk berhutang, untuk menutupi kekurangan finansial
keluarga.
Selanjutnya, pertanyaanpun muncul. Apa
yang salah dari kemampuan Melati dalam menjadi manajer keuangan
keluarganya? kenapa bisa berbeda dengan Mawar? Bukankah pendapatan suami
mereka tidak berbeda jauh?.
Usut punya usut, ternyata Mawar adalah
wanita yang menyukai belanja, tapi untuk kebutuhan keluarga. Dia jarang
menghabiskan uang untuk kesenangannya sendiri.Sedangkan Melati, dia
lebih memilih untuk berbelanja kebutuhan pribadinya. Tentu saja, sebagai
wanita berkelas, Melati memilih untuk membeli barang dengan merek
ternama. Melati memang handal dalam mengatur kebutuhan keluarganya,
namun dia sering tergoda untuk membeli barang baru dan bermerek yang
sangat mahal. Alhasil keadaan keluarga Melati menjadi tidak terlalu
harmonis. Sang suami sering kesal melihat istrinya berbelanja lepas
kontrol. Dan anak- anak akhirnya tidak damai melihat ayah dan ibunya
yang senantiasa tidak pernah rukun dirumah.
Sebuah pelajaran berharga bisa kita
ambil dari kesalahan yang dilakukan mawar tersebut. Ternyata memiliki
kemampuan mengatur keuangan yang baik saja tidaklah cukup. Pandai
mendidik diri untuk tidak mudah tergoda dengan pernak pernik barang yang
menarik, juga tidak kalah penting untuk diterapkan kepada diri kita
sebagai wanita. Hal ini tentu saja tidaklah mudah. Mengingat, sudah
menjadi fitrah seorang wanita yang sangat menyukai berbelanja, barang-
barang yang indah, dan pernak pernik yang cantik.
Namun jika godaan untuk membeli barang-
barang level tersier ini diluar batas kendali, itu sama saja kita
mengorbankan keutuhan keluarga demi ego sendiri. Hal ini tentu saja
tidak akan mendamaikan. mengingat banyak dari pasangan suami istri yang
menyelesaikan keruwetan masalah keungangan dengan pertengkaran.
Akhirnya, hobi belanja yang awalnya dianggap bisa menyenangkan hati,
malah akan menyusahkan seluruh keluarga.
Jadi sebagai sebagai manajer keluarga
yang mumpuni, wanita tidak hanya dituntut untuk bisa mengatur nafkah
yang diberikan oleh suami, namun mereka juga harus dengan baik mengakui
kelemahan diri dalam hal yang berkaitan dengan materi. Menjauhi
lingkungan yang mengutamakan gengsi dan gaya hidup mewah adalah hal yang
wajib kita lakukan.
Walaupun penghasilan suami berlebih,
hendaknya menabung adalah lebih baik untuk dilakukan, karena dunia itu
berputar. Mungkin saat ini kita bisa dengan mudah mendapatkan materi.
Namun seiring dengan berjalannya usia, siapa yang menjamin kita tetap
berada “diatas”?. Kesimpulannya, wanita adalah memang pondasi keluarga.
Pondasi itu salah satunya terletak dalam kecerdasannya mengatur nafkah
yang diterima dari suami, Dan jika pondasi itu rapuh apalagi roboh,
bisa dipastikan seluruh keluargalah yang akan menanggungnya.
Sebagai wanita muslimah, hendaknya
wanita juga lebih berhati- hati dalam menjaga harta yang diamanahkan
oleh suami. Karena semua amanah pasti akan dipertanggung jawabkan
dihadapan Allah Subhanahu Wataala. Para istri tidak boleh curang dalam
membelajakan harta suami mereka. Ijin dari suami harus terlebih dahulu
mereka dapatkan, demi menjaga keberkahan dari harta tersebut.
“Wahai orang- orang beriman!
Jangankan kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil
(tidak benar) kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka
sama suka diantara kamu …” (QS. An-nisa’:29)
Seorang istri adalah partner sejati suami mereka. Maka sudah sepantasnya jika seorang suami menyerahkan kepercayaan kepada para istri mereka. Dan istri yang baik akan selalu merasa diawasi oleh Allah dalam pelaksanaan tugasnya ini. Karena itulah, mereka tidak mudah silau dengan harta, namun menggunakannya justru untuk meraih ridho Allah, lewat ketatnya pengawasan dan kualitas kontrol diri yang prima.
Seorang istri adalah partner sejati suami mereka. Maka sudah sepantasnya jika seorang suami menyerahkan kepercayaan kepada para istri mereka. Dan istri yang baik akan selalu merasa diawasi oleh Allah dalam pelaksanaan tugasnya ini. Karena itulah, mereka tidak mudah silau dengan harta, namun menggunakannya justru untuk meraih ridho Allah, lewat ketatnya pengawasan dan kualitas kontrol diri yang prima.
(Syahidah/voa-islam.com)