Allah telah menciptakan satu makhluk yang mirip dengan wanita, yaitu bidadari, sebagai bukti pemuliaan-Nya kepada pria. Allah memberikan bidadari kepadanya, sehingga sekali pun pria mukmin itu masih berada di dunia, bidadari tersebut akan selalu setia menunggunya.
Allah telah menambahkan kemuliaan para pria, yaitu ketika para bidadari turun ke langit dunia untuk mengintip para suami mereka dari balik awan dengan penuh kerinduan.
Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Belum lagi bumi kering dari darah syahid, namun kedua istrinya dari kaum bidadari sudah menaunginya seperti dua induk unta yang menaungi anak mereka dari terik sinar matahari." (HR. Ahmad dalam kitab Musnad).
Dalam hadits ini Rasulullah Saw. ingin memberitahukan kepada kaum wanita bahwa mereka memiliki saingan yang tangguh dari balik awan.
Maka betapa hinanya bagi seorang wanita ketika dia menyakiti suaminya yang sungguh pantas bila wanita itu menjadi hina apabila dia menghinakan suaminya. Oleh karena itu, tidak ada hal lain yang menjadi ukuran kemuliaan diri seorang istri, kecuali menjadi pesaing wanita-wanita yang mulia atau para bidadari yang bermata jeli itu.
Suami yang beriman merupakan orang yang mulia di sisi Allah. Allah akan marah bila ada orang yang menghinakannya, bahkan Dian menyatakan perang terhadap orang yang memusuhinya.
Dalam sebuah hadits qudsi Allah SWT berfirman:
"Barang siapa yang memusushi (menyakiti) kekasih-Ku, maka Aku menyatakan perang dengannya."
Allah SWT menugaskan para bidadari surga untuk menjunjung kemuliaan suami-suami mereka ketika para istri menyakiti para sujami mereka, sekali pun sedikit.
Rasulullah Saw. bersabda: "Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya di dunia, melainkan istri suami tersebut yang berasal dari kaum bidadari akan berkata: Jangan sakiti dia! Semoga Allah mencelakakanmi, sebab dia berada bersamamuj hanya seperti orang asing yang akan meninggalkanmu untuk menemui kami.'" (HR. Tirmidzi (hasan) dan Ahmad).
(Source: Buku "Bidadari Surga, agar Engkau lebih mulia darinya" karya 'Itisham Ahmad Sharraf).