Start By Reading

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang". الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ "Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam". الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ "Maha Pemurah lagi Maha Penyayang". مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ "Yang menguasai di Hari Pembalasan". إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ "Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan". اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ "Tunjukilah kami jalan yang lurus", صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ "(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat".
ALT_IMG

The Time Is Very Important

Kesadaran akan nilai waktu harus selalu diingatkan. Dipelihara dengan rasa syukur yang besar terhadap sang Khaliq penguasa waktu. Nikmati Waktumu yang masih ada, Hargai waktumu yang masih terissa! Readmore...

ALT_IMG

Tolonglah Saya Dengan Do'a Anda

Singkat cerita ia pun melamar Sang Wanita Solehah itu. Subhanallah, kegigihannya selama 4 bulan itu membuahkan hasil. Lamarannya diterima, sebulan lagi mereka melangsungkan akad dan walimah. "Alhamdulillah, ada waktu bagi saya untuk menuntaskan target hafalan 10 juz" Tekadnya Readmore..

Alt img

HARGAI DIRI JANGAN SELALU MENGALAH

Mengalah boleh saja, tetapi pada saat yang tepat dan tempat yang pas.Tak harus mengalah bila prinsip kita benar, karena kebenaran bukan diukur dari banyaknya orang berpendapat, namun kebenaran ditentukan oleh aturan yang ada.Readmore...

ALT_IMG

MALU dan TAKUT itu Dua Sahabat yang Berbeda

MALU dan TAKUT itu adalah dua sahabat seperjuangan. Kedua sahabat tersebut berjuang sekuat-kuatnya agar TUAN-nya terjaga dari segala PENYAKIT HATI yang menyerangnya. Readmore...

ALT_IMG

Separuh Aku Adalah Separuh Kamu dan Separuh Mereka

Mungkin hari INI aku mengalami INI, di SINI dan begINIlah rasanya. Namun, besok yang ku alami ITU, akan kau alami di SANA dan begITUlah rasanyaReadmore...

ALT_IMG

ANAK DALAM HAYALAN TINGKAT TINGGI

Kelak ingin ku didik ia dengan dengan segala kebaikan yang ku miliki. Kemudian ku hiasi tempat tidurnya dengan kerlap kerlip Qiro’ah. Readmore...

ALT_IMG

JANGAN PERNAH MENUNTUT KEMUDAHAN

Mencari kenikmatan dan kebahagiaan hidup bukanlah hal yang sulit. Kenyataan menilai bahwa meraih yang demikian memiliki tingkat kerumitan oleh karena adanya rasa tidak puas, kurang bersyukur dan desakan kebutuhan yang kian kompleks. Readmore...

Showing posts with label Kiriman. Show all posts
Showing posts with label Kiriman. Show all posts
Saturday, March 16, 2013

SAINGAN TANGGUH DARI LANGIT BAGI PARA ISTERI

0 comments

Allah telah menciptakan satu makhluk yang mirip dengan wanita, yaitu bidadari, sebagai bukti pemuliaan-Nya kepada pria. Allah memberikan bidadari kepadanya, sehingga sekali pun pria mukmin itu masih berada di dunia, bidadari tersebut akan selalu setia menunggunya.

Allah telah menambahkan kemuliaan para pria, yaitu ketika para bidadari turun ke langit dunia untuk mengintip para suami mereka dari balik awan dengan penuh kerinduan.

Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Belum lagi bumi kering dari darah syahid, namun kedua istrinya dari kaum bidadari sudah menaunginya seperti dua induk unta yang menaungi anak mereka dari terik sinar matahari." (HR. Ahmad dalam kitab Musnad).

Dalam hadits ini Rasulullah Saw. ingin memberitahukan kepada  kaum wanita bahwa mereka memiliki saingan yang tangguh dari balik awan.

Maka betapa hinanya bagi seorang wanita ketika dia menyakiti suaminya yang sungguh pantas bila wanita itu menjadi hina apabila dia menghinakan suaminya. Oleh karena itu, tidak ada hal lain yang menjadi ukuran kemuliaan diri seorang istri, kecuali menjadi pesaing wanita-wanita yang mulia atau para bidadari yang bermata jeli itu.

Suami yang beriman merupakan orang yang mulia di sisi Allah. Allah akan marah bila ada orang yang menghinakannya, bahkan Dian menyatakan perang terhadap orang yang memusuhinya.

Dalam sebuah hadits qudsi Allah SWT berfirman:
"Barang siapa yang memusushi (menyakiti) kekasih-Ku, maka Aku menyatakan perang dengannya."

Allah SWT menugaskan para bidadari surga untuk menjunjung kemuliaan suami-suami mereka ketika para istri menyakiti para sujami mereka, sekali pun sedikit.

Rasulullah Saw. bersabda: "Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya di dunia, melainkan istri suami tersebut yang berasal dari kaum bidadari akan berkata: Jangan sakiti dia! Semoga Allah mencelakakanmi, sebab dia berada bersamamuj hanya seperti orang asing yang akan meninggalkanmu untuk menemui kami.'" (HR. Tirmidzi (hasan) dan Ahmad).

(Source: Buku "Bidadari Surga, agar Engkau lebih mulia darinya" karya 'Itisham Ahmad Sharraf).
Continue reading →
Thursday, February 21, 2013

KUPINANG ENGKAU DENGAN PERSEPSI POSITIF

0 comments
Posting ini saya copas dari teman facebook yang bernama Setia Furqon Kholid.
Suatu hari,
Seorang Ustadz dalam sebuah pengajian kelompok bertanya kepada semua anak didik kesayangannya di majlis ilmu tersebut. "Siapa disini yang sudah siap menikah?". Semua pria lajang itu terdiam. "Ada seorang akhwat (wanita) hafalan qurannya menuju 10 juz. Untuk penampilan gak usah diragukan lagi, beliau sudah siap menikah dan mencari kriteria ikhwan (pria) yang gak terlalu muluk-muluk. Mampu membimbingnya dalam menuntaskan hafalan Quran dan tipe suami romantis. 5 bulan lagi beliau akan berangkat untuk beasiswa S2 di Jerman, tapi kalau diantara kalian ada yang siap meminangnya ia siap ikut suaminya. Ada yang minat? Masih ada waktu untuk dipersiapkan" Tegas sang Ustadz.

Sontak hati 10 orang murid ini berkecamuk, beberapa ada yang berkata dalam hati, "Wah, keitinggian nih kriterianya, jangankan 30 juz, juz 30 aja masih belepotan". Yang lain bilang, "Waduh, 5 bulan ya, bisa nggak ya ngejar hafal quran, minimal nyamain 10 juz". Ternyata ada satu murid yang dikenal soleh, ia berdiskusi dalam hati "Ya Allah, aku ingin jadikan momentum ini untuk menguji kemampuanku dalam menghafal dan memperbaiki diri. Kalaulah ia memang jodohku, mudahkanlah. Jika bukan, aku lebih bahagia jika saudaraku yang ada disini bisa bersanding dengannya. Aamiin".

Sepulang dari pertemuan itu, ada yang melupakan begitu saja tantangan Sang Ustadz. Ada yang semangat memperbaiki diri tapi kandas di tengah jalan, namun bedanya dengan seorang murid yang satu ini, ia menikmati proses perubahan dirinya. Target 2 juz hafalan quran per bulan pun ia tekadkan, ibadah sunnah seperti tahajud dan sholat dhuha dan hajatpun ia rutinkan, olahraga dan semangat menjemput rizki pun ia kuatkan. Tak ketinggalan baca buku strategi menjadi lelaki romantis dan suami idaman pun ia lahap.

Bulan keempat Ustadz bertanya lagi, "Jadi, ada yang siap untuk segera meminangnya? Sudah sekitar 10 ikhwan yang datang ke rumahnya. Namun belum ada satupun yang diterima". Kesembilan muridpun berdalih macam-macam perihal ketidaksiapan mereka, ada yang bilang kriterianya ketinggian, ada yang merasa bukan tipenya, ada yang belum siap, dan lain-lain.

Tiba-tiba, seorang murid solehpun menjawab dengan mantap, "Bismillah Ustadz, saya siap meminangnya". Di akhir pengajian Sang Ustadz berdiskusi 4 mata dengan murid tersebut. "Benar kamu siap mencoba untuk melamarnya? Siap ditolak?" Tanya Sang Ustadz. "InsyaAllah siap Ustadz, saya sudah yakin dengan ketentuan Allah, saya melakukan semua persiapan bukan karenanya, tapi karena ingin menjadi lelaki yang dicintai Allah. Tantangan Ustadz menjadi pemicu saya untuk meningkatkan kualitas diri. Alhamdulillah, selama 4 bulan ini saya sudah hafal 8 juz. Menuju 10 juz, insyaAllah" Jawab Murid itu dengan mantap. Semua teman-temannya tercengang.

Singkat cerita ia pun melamar Sang Wanita Solehah itu. Subhanallah, kegigihannya selama 4 bulan itu membuahkan hasil. Lamarannya diterima, sebulan lagi mereka melangsungkan akad dan walimah. "Alhamdulillah, ada waktu bagi saya untuk menuntaskan target hafalan 10 juz" Tekadnya.

Singkat cerita merekapun melangsungkan akad nikah, dan saat malam pertama merekapun berbagi kisah hidup mereka. Sang ikhwan sangat bersyukur mendapatkan istri solehah yang hafidz 10 juz, cerdas, santun dan menyejukkan mata. Begitu juga sang istri bersyukur mendapatkan suami yang sekufu dengannya, soleh, tanggung jawab dan siap bersamanya untuk menyelesaikan hafalan quran. Lebih spesial karena sang suami pandai merayu dan memuji dengan kata-kata romantis.

5 tahun kemudian, Sang ustadz bersilaturahim ke rumah suami istri tersebut yang kini sudah menjadi hafidz-hafidzoh 30 juz dan dikaruniai 2 orang anak yang lucu. "Barokallah, semoga rumah tangga kalian sakinnah mawaddah warohmah. Boleh saya bicara 4 mata dengan murid kesayangan saya?". "Oh silahkan Ustadz" Jawab istrinya.

"Muridku, sebenarnya 5 tahun yang lalu, saya dan ustadzah istrimu yang juga istriku punya sebuah rencana coba-coba. Untuk memotivasi para murid agar bisa memperbaiki kualitas diri, khususnya meningkatkan hafalan quran. Maka kami membuat strategi untuk berbicara kepada masing-masing murid kami tentang kriteria seorang wanita juga seorang pria yang hafalan qurannya menuju 10 juz. Kau kan waktu itu memang dalam prses menuju 10 juz. Begitu juga dirinya. Ternyata hanya kalianlah yang semangat diantara murid-murid lainnya. Kami mohon maaf jika terkesannya bohong, semuanya kami lakukan demi kebaikan kalian".

Sahabatku,
Persepsi kita tentang suatu hal
Mempengaruhi cara kita dalam menanggapi sebuah tantangan atau masalah.
Ketika kita selalu mencari celah kemungkinan di setiap tantangan, maka kita akan menemukan diri kita yang lebih dari apa yang kita pikir bisa dilakukan.
Seperti kedua insan yang dipersatukan dengan persepsi positif diantara masing-masing individu. Saling melengkapi, memuliakan dan bersama dalam kebaikan. Hingga terciptalah keluarga ahli quran. Subhanallah..

Semoga kita bisa membangun cinta dalam naungan cintaNya. Bersama dengan pasangan yang sama-sama berbaik sangka dengan janji dan pertolongan Allah. Aamiin.

*Silahkan diaminkan, semoga diijabah do'anya
*Mohon dibagikan, biar banyak yang dapat ilmu dari kisah inspiratif ini
*Mau dapat kisah inspiratif lainnya, gabung yuk di fanspage Setia Furqon Kholid. SIlahkan klik dan like fanspagenya.
Continue reading →

The Time Is Very Important

0 comments

WAKTU

Manfaatkan Waktu yang masih ada,
Hargai waktumu yang masih teisisa!

Ada 3 hal yang tak bisa kembali kita gapai dalam hidup ini:
1. Waktu yang telah berlalu
2. Kata-kata yang telah terucap
3. Kesempatan yang tak di manfaatkan

Maka pada hari-hari yang ada ini agar kita tak merugi akan waktu yang telah berlalu, agar kita mampu mengunakan kata dengan ucapan hikmah dan memanfaatkan usia yang masih tersisa. Kita untung bila mampu memanfaatkannya tapi akan kecewa dan hina bila menyia-nyiakannya.

WAKTU

Tak seorangpun tau, kapan waktu mulai bergerak.
Dan kapan waktu berhenti berjalan
Yang pasti sampai detik ini, dia terus bergerak dan terus bergulir

Entah anda menghargai waktu dengan memanfaatkan sebaik-baiknya
Atau selalu menyia-nyiakan waktu dengan aktifitas yang tidak bermanfaat
Dia tetap diam,
Dan terus berjalan tanpa memihak kepada siapapun, tanpa membantu siapapun.
Tetapi dia bernilai untuk siapapun

Dia tidak akan pernah kalah dan dia tidak pernah usang
Dia selalu baru, selalu segar dan tegar
Hanya kitalah sebagai manusia, lamban atau cepat pasti akan termakan oleh proses sang waktu
Waktu untuk kehidupan seorang manusia, tidak lama dan sangat terbatas
Maka sepantasnyalah harus kita isi kehidupan ini dengan produktifitas yang sangat bermanfaat bagi diri pribadi dan bagi manusia lainnya.

Kesadaran akan nilai waktu harus selalu diingatkan
Dipelihara dengan rasa syukur yang besar terhadap sang Khaliq penguasa waktu
Dengan demikian, kita akan menghargai keberadaan sang waktu dan nilai-nilai dari diri kita sebagai manusia.
Sehingga kita akan senantiasa berusaha untuk dapat menikmati proses waktu itu dengan kualitas kehidupan yang makin lama makin indah, nikmat, bahagia dan sangat berarti.

Nikmati Waktumu yang masih ada,
Hargai waktumu yang masih terissa!

Andre Wongso. Ditulis kembali oleh Muazar Habibi
Continue reading →

HARGAI DIRI JANGAN SELALU MENGALAH

0 comments

Mengalah boleh saja, tetapi pada saat yang tepat dan tempat yang pas.Tak harus mengalah bila prinsip kita benar, karena kebenaran bukan diukur dari banyaknya orang berpendapat, namun kebenaran ditentukan oleh aturan yang ada. Sehingga dalam menjalankan kehidupan ikuti prinsip dan taati aturan, maka semua orang akan merasakan kemaslahatan.

Kisah Papan Nama Penjual

Berbagi Seseorang mulai berjualan ikan segar dipasar. Ia memasang papan pengumuman bertuliskan "Di sini Jual Ikan Segar"

Tidak lama kemudian datanglah seorang pengunjung yang menanyakan tentang tulisannya.
"Mengapa kau tuliskan kata DISINI ? Bukankah semua orang sudah tahu kalau kau berjualan DISINI, bukan DISANA?"

"Benar juga!" pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "DISINI" dan tinggallah tulisan "JUAL IKAN SEGAR".

Tidak lama kemudian datang pengunjung kedua yang juga menanyakan tulisannya.
"Mengapa kau pakai kata SEGAR ? bukankah semua orang sudah tahu kalau yang kau jual adalah ikan segar, bukan ikan busuk?

"Benar juga" pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "SEGAR" dan tinggallah tulisan "JUAL IKAN"
Sesaat kemudian datanglah pengunjung ke tiga yang juga menanyakan tulisannya : "Mengapa kau tulis kata JUAL? bukankah semua orang sudah tau kalau ikan ini untuk dijual, bukan dipamerkan?

Benar juga pikir si penjual ikan,, lalu dihapusnya kata JUAL dan tinggallah tulisan "IKAN"

Selang beberapa waktu kemudian, datang pengunjung ke 4, yang juga menanyakan tulisannya : "Mengapa kau tulis kata IKAN?, bukankah semua orang sudah tahu kalau ini Ikan bukan Daging?

"Benar juga" pikir sipenjual ikan, lalu diturunkannya papan pengumuman itu.

Renungan: Bila kita ingin memuaskan semua orang, kita takkan mendapatkan apa-apa
Continue reading →
Friday, February 15, 2013

CAGUB KOK POLIGAMI?

0 comments


Oleh : Paox Iben Mudhaffar

Memprihatinkan. Hanya kata itu yang sanggup saya ucapkan ketika sebagian besar calon gubernur NTB, termasuk incumbent--disinyalir melakukan praktik Poligami. Bahkan salah seorang calon disinyalir memiliki istri lebih dari dua. Jikapun ada calon yang tidak berpoligami, namun diinternl partai pengusungnya, para kader partai ini –sebagaimana dikemukakan sang pendiri diberbagai media--sering diasumsikan sebagai orang-orang yang pro-poligami. Memang ada yang salah dengan Poligami?

Dalam sejarah Islam maupun kajian fikih klasik, poligami memang memiliki legitimasi yang cukup kuat. Meminjam istilah Derrida, hal itu seakan telah menjadi logosentrisme: kebenaran yg terang-benderang dan tidak bisa diperdebatkan lagi. Sebab selain mendapat legitimasi tekstual (nash) juga mendapat dukungan secara kultural dan terus direproduksi dalam praktik atau wacana sosial. Tapi jelas pula, dalam kehidupan modern, praktek poligami amat problematik. Apalagi jika itu menyangkut pejabat publik semisal calon Bupati atau Gubernur ini. Kita tidak bisa menutup mata jika persoalan istri para pejabat adalah semata persoalan privat, individual, yang tidak boleh diketahui oleh publik. Sebab ketika seorang (laki-laki) menjadi pejabat biasanya secara otomatis, istrinya juga menduduki posisi strategis dalam lembaga-lembaga publik semisal organisasi Dharma Wanita, Tim Penggerak PKK dst. Organisasi tersebut juga di support oleh dana pemerintah yang nota bene adalah uang publik. So, bukankah persoalan ini layak menjadi perbincangan publik? Apalagi seorang Istri pejabat sekelas gubernur! Biasanya istri pejabat itu juga terlibat aktif dalam kampanye program-program pemerintah ketika suaminya menjabat. Lihat saja foto-foto mereka di sepanjang jalan atau di depan kantor-kantor pemerintahan.

Kemandulan Teologis

Dalam konteks Fiqiyyah maupun diskursus tafsir keagamaan kontemporer, mempraktekkan poligami dalam masyarakat modern sekarang ini bisa dibaca sebagai bukti kemandulan teologis. Dari sisi historis, konteks pembolehan poligami dalam Islam pada mulanya bertujuan justru untuk membatasi, bukan menambah jumlah istri. Sebab, dalam masyarakat Arab ketika itu, perempuan ibarat "obyek" yang boleh diapasajakan oleh laki-laki. Maka banyak orang, termasuk Umar ibn al-Khatab, sebelum menjadi muslim, tega mengubur bayinya yang terlahir perempuan. Di masa Arab jahiliyah, orang bisa beristri berapa saja, siapa saja. Asalkan mampu, asalkan bisa.

Kemudian Islam datang dengan menawarkan sebuah aturan "jika terpaksa, maksimal empat". Mengapa empat? Kajian Leonard Swidlerdalam Women in Judaism: The Status of Women in Formative Judaism (1976: 144-8) cukup menarik disimak. Sebagaimana bisa diduga, poligami adalah praktek budaya yang dulunya juga lumrah di kalangan kaum Yahudi. Dalam tradisi Yahudi, rupanya pembolehan poligami juga dibatasi sampai maksimal empat. Agaknya, poligami sebagai model hubungan lelaki-perempuan yang turun-temurun diwarisi dari tradisi Yahudi itu di zaman Muhammad SAW telah berkembang demikian tak terkendali di tanah Arab. Sehingga Al-Quran kemudian mengembalikan tradisi itu kepada batas toleransi "maksimal empat" tersebut.

Terlepas benar-tidaknya hal di atas, menurut hemat saya, pada dasarnya monogami adalah bentuk hubungan sah lelaki-perempuan paling ideal dalam Islam. Sebab kata kuncinya adalah “ADIL” . Jika kita baca kembali terutama QS 4: 3-4, dan ditegaskan lagi dalam (QS 4: 129), adil itu hampir mustahil bisa dicapai seorang suami beristri lebih dari satu. Artinya, dengan pesan universal yang bisa diterima pemahaman manusia dari berbagai latar budaya dan sejarah, dengan ketentuan "maksimal empat" itu, Al-Quran sebenarnya sedang meletakkan fondasi penting buat kesederajatan lelaki-perempuan. Dengan "adil" sebagai hakikat pesannya, soal wujud hubungan legal itu selanjutnya diserahkan kepada kematangan umat Islam dalam mempraktekkannya. Tapi arahnya jelas, dari satu laki-laki dengan jumlah istri tak terbatas, menjadi maksimal empat istri, menuju monogami sebagai bentuk ideal.

Karena watak patriarkis yang mengidap ketidakadilan itu, jangan lupa, dari sisi hukum, poligami juga selalu menjadi perdebatan aktual. Ingat, betapa tidak berkenannya Rasulullah saat Ali r.a., sang menantu, menunjukkan isyarat hendak memadu Fatimah, putri kesayangannya. Sembari berdiri di atas mimbar, Rasulullah berkata, "Aku tidak akan kasih izin, kecuali Ali ibn Abi Talib terlebih dulu menceraikan anak perempuanku jika ia mau mengawini anak-anak gadis mereka. Sebab, Fatimah adalah bagian dari tubuhku, aku membenci apa yang dia benci untuk dilihat, dan apa yang melukainya juga melukaiku" (Sahih Bukhari, Vol. 7, Kitab 62, No. 157).

Sekali lagi, jika diskusi seputar isu poligami ini ditambatkan hanya pada soal hukum, kita tidak akan sampai ke mana-mana. Lebih-lebih menempatkannya semata sebagai urusan pribadi. Ini adalah persoalan sosial, perkara relasi kuasa yang timpang, masalah ketidakadilan atas kaum perempuan. Jelas pula, status poligami mendesak untuk direvisi kedudukannya dalam hukum Islam yang kita anut. Menggugat poligami dalam konteks masyarakat kita bukanlah menentang ayat Tuhan, melainkan justru menerjemahkan pesan esensial dari agama Islam: tentang keadilan. Dan perempuan, sebagai kaum yang dilemahkan sekian lama, menurut Chandra Mohanty dalam Feminism without Borders (2003: 236) memiliki "potential epistemic privilege" guna mewujudkan sistem sosial yang adil bagi semua pihak.

Mengekalkan Penindasan

Sebagai pemimpin yang dijadikan panutan banyak orang, mempraktekkan tindakan yang dari banyak segi jelas problematik amatlah tidak mendidik. Demikian juga yang terjadi dibumi Nusa Tenggara Barat ini. Ketika seorang pemimpin atau calon pemimpin mempraktikkan poligami, maka ia telah “menyakiti” sebagian besar ranah publiknya sendiri dengan menimbulkan huru-hara pewacanaan yang kontra produktif terhadap arah pembangunan dan cita-cita kepemimpinannya.

Ketika masyarakat, mendengar rumor Gubernurnya yang masih muda, Tuan Guru dan “ganteng” itu kawin lagi misalnya, publik pun—terutama ibu-ibu diperkampungan-- berekasi cukup keras. Apa pasal? Sebab ia bukan sekedar sosok idola sebagaimana para artis. Ia adalah sosok panutan; Muda, cerdas, berkuasa, dan layak menjadi panutan karena predikatnya sebagai Tuan Guru. padahal itu baru rumor(yang bersangkutan sllu menolak berkomentar soal itu). Publik pada umumnya sangat menaruh harapan jika Gubernur NTB TGH M. Zainul Majdi baik secara pribadi maupun sebagai tuan guru adalah sosok yang moderat dan terbuka, karena itu ia akan memberi suri tauladan yang baik serta “melindungi” hati para pengikutnya, terutama para ibu-ibu dan perempuan pada umumnya dengan memberantas budaya kurang baik.

Dengan melakukan Poligami, itu sama saja memberi anjuran dan memberi legitimasi kepada setiap lelaki di Nusa Tenggara Barat ini untuk melakukan praktik yang sama. Hal tersebut juga sangat kontra produktif misalnya dengan kampanye keluarga sehat, sejahtera, yang selama ini digembar-gemborkan pemerintahan yang dipimpinnya. Bukankah keluarga itu merupakan pilar utama pembangunan?

Dengan melakukan praktik poligami, sesungguhnya dia telah terjerat dalam permainan kekuasaan patriarkhis dan mengekalkan struktur penindasan terhadap kaum perempuan secara nyata.

Memang belum ada penelitian yang secara rigid menyebutkan, berapa jumlah poligami yang dilakukan di NTB ini, berapa istri-istri berikut anak-anak yang terlantar akibat praktik “semena-mena” itu. Berapa kasus KDRT yang terjadi dalam rumahtangga yang melakukan praktik Poligami? Apa efek sosial dan budaya dari hal ini. Semua itu memang belum muncul kepermukaan, tetapi publik, terutama ibu-ibu dan kaum perempuan-- tidaklah buta.

Jika kita menerima bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan, baik secara sosiologis maupun teologis, memang sederajat, mari kita bersepakat pula bahwa poligami bukanlah persoalan pribadi. Sebagai praktek sosial, ia adalah lembaga patriarkal yang memberikan privilese kuasa bagi laki-laki sembari menempatkan perempuan sebagai pecundang. Jangan lupa, jika ditelusuri, nalar ini tidak berhenti di sini. Ketika asumsi "lelaki superior, perempuan inferior" telah diterima sebagai common sense, siapa saja yang"dilelakikan" dengan sendirinya memiliki privilese atas kuasa dan kebenaran. Sementara itu, siapa saja yang "diperempuankan" harus tunduk sebagai kaum lemah yang sewaktu-waktu siap sedia menjadi korban, menjadi tumbal.

Karena itu, sesuai dengan capaian kematangan kita dalam pemahaman atas keadilan, termasuk kesederajatan laki-laki dan perempuan, secara sosiologis poligami tidak bisa dibenarkan. Dalam hal ini, isyarat positif pemerintah untuk segera memperluas cakupan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil perlu mendapat dukungan luas dari masyarakat.

Penutup

Mencermati perkembangan perpolitikan di NTB, terutama diseputar pemilihan Gubernur Nusa Tenggara Barat ini, saya jadi sangsi, adakah calon Gubernur yang berpihak pada nasib kaum perempuan? Padahal merekalah jumlah penduduk terbesar, sekaligus pemilih terbesar dan potensial yang diperebutkan oleh para kandidat. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan. Wacana peningkatan kualitas IPM yang menjadi agenda utama para kandidat, termasuk pengentasan gizi buruk dll tentu akan mengalami hambatan yang signifikan. Apa pasal? Sebab kekerasan struktural yang berbasis pada pembiakan budaya patriarkhal ini akan terus berlangsung dan itu, tentu saja akan mengesampingkan program keluarga harapan seperti digembar-gemborkan pemerintah melalui program PKH yang sudah berlangsung.

Saya juga tidak tahu bagaimana kesan dan tanggapan para aktivis perempuan pada umumnya dengan fenomena ini. Namun dari beberapa komentar di facebook, saya cukup kaget juga sebab nampaknya sebagain mereka—terutama yang berafiliasi dengan parpol pendukung kandidat calon gubernur justru bersikap kooperatif dengan mendomestifikasi persoalan poligami ini sebagai ranah personal. Wallahu’alam bi  al shawwab

Mataram, 13 Feb 2013
Continue reading →
Sunday, January 27, 2013

Bahasa : Maut atau Mati?

0 comments
Mati atau kematian berasal dari bahasa arab. Mati biasa juga disebut meninggal dunia, yang berarti tidak bernyawa, atau terpisahnya roh dari zat, psikis dari fisik, jiwa dari badan, atau yang ghaib dari yang nyata. Seseorang yang sudah mati disebut mayat/ jenazah.
Pada hakekatnya maut atau mati adalah akhir dari kehidupan dan sekaligus awal kehidupan (baru). Jadi maut bukan kesudahan, kehancuran atau kemusnahan. Maut adalah suatu peralihan dari suatu dunia ke dunia lain, dari suatu keadaan kepada keadaan lain, tempat kehidupan manusia akan berlanjut.
Kematian adalah sesuatu yang pasti pada saat yang telah ditentukan, tidak ada kaitannya dengan perang atau damai, tempat yang kokoh atau yang sederhana, dan ada upaya atau tidak untuk mempercepat atau memperlambatnya. Jika maut itu datang, maka datanglah ia.
Dalam al-Quran surah Yunus ayat 49, menyatakan tentang kematian yang sudah pasti adanya.
“... Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan-Nya.”
Seseorang yang dikatakan mati apabila mempunyai tanda-tanda sebagai berikut:
  1. Fungsi spontan pernapasan jantung telah berhenti secara pasti atau irreversible,
  2. Bila terbukti telah terjadi kematian batang otak.
Dalam PP No. 18 tahun 1981 mengatakan bahwa pengertian meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernapasan, dan atau denyut jantung telah berhenti.


Catatan kaki Prof. James T. Collins

Dalam hal ini, saya teringat kepada tafsiran seorang sahabat saya, sarjana Amerika Serikat dan pakar dalam Pengkajian Bahasa Arab, khususnya dialektologi Arab. Walaupun dia tidak menguasai bahasa Melayu, beberapa orang mahasiswanya di universitasnya di Amerika Serikat adalah orang Malaysia dan Indonesia; dia pula pernah mengunjungi Malaysia tiga atau empat kali dan berceramah di institut dan universitas Malaysia. Maka dia mengetahui sedikit banyaknya tentang bahasa Melayu.

Pada suatu ketika (mungkin tahun 1996), dia bertanya kepada saya tentang hubungan dua kata Melayu ini diserap dari bahasa Arab! Saya berusaha menjelaskannya bahwa memang kata maut berasal dari kata bahasa arab, tetapi kata mati diturunkan dari bahasa Austronesia Purba , yakni *maCey. Kemiripan susunan bunyi dan maksud semantik dalam dua kata melayu ini, yang sepatah kata pinjaman dari bahasa arab, maut, dan sepatah lagi kata warisan dari bahasa Austronesia Purba, mati, hanya merupakan kebetulan saja.

Ahli dialektologi Arab dari Amerika ini, yang sangat ahli dalam bidangnya, tidak dapat membedakan antara pinjaman dengan warisan (Collins 2003) karena dia tidak pernah mempelajari Linguistik Melayu Polinesia. Inilah masalah yang dimaksudkan di sini, yang bakal dihadapi oleh pakar Ilmu Sanskerta yang belum mempelajari Linguistik Melayu Polinesia.

Dipetik dari Catatan kaki dalam buku Bahasa Sanskerta dan Bahasa Melayu, Kepustakaan Gramedia Populer (2009), hlm. 46.

Maut atau Mati Menurut Sisi Pandang Islam
Setelah membaca katerangan di atas ,maka dapat kita pahami ,apa sebenarnya yang di sebut mati itu
Sedangkan kalimat " mati " itu sediri sangat di takuti oleh kebanyakan orang dan paling di segani oleh manusia. Akan tetapi jika kita pahami hakikatnya tentulah tidak perlu kita takut akan mati.

      Mati yang kita sebutkan di atas adalah sebagai perpisahan antara ruh dan jasad, dengan kata lain kembali ke pangkalan masing-masing, kembali ke asalnya, yang bersal dari tanah kembali ke tanah, yang berasal dari alam ruhani kembali alam ruhani.

      Adapun jasad halus, ialah ruhani, sekalipun dia telah mati, namun hubungannya masih tetap berlangsung dengan rohani manusia yang masih hidup di dunia ini, dia masih mengharap sanak kerabatnya yang di cintainya, yang masih hidup, supaya menjadi orang yang baik dan suka beramal saleh.

      Mereka merasa bahwa kedudukannya sekarang di alam barzah lebiah bebas dari pada ketika mereka masih berada di alam dunia dahulu,di mana waktu masih di dunia mereka banyak mengalami rintangan dan halangan . Oleh karena itu orang tidak perlu meratapi atau menyesali orang yang sudah mati secara berlebihan.

     Hal ini sesuai dengan ajaran Nabi S.A.W. melarang orang meratapi yang sudah mati secara berlebihan, tetapi hendaklah suka mendo'akan kepada yang sudah mati.

     Disamping itu, kita harus ingat pula bahwa mati itu adalah sudah menjadi undang -undang  Allah yang sudah di tetapkan, hidup dan mati tidak akan berpisah, maka dengan adanya mati manusia bisa memahami bahwa ia harus tunduk kepada Tuhan yang menciptakannya. Karena hidup dan mati adalah  cipta'an Allah
sesuai firman Allah dalam surat Al-Mulk ayat 2 sebagai berikut :

        " Dialah yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu,siapakah di antara kamu yang paling bagus amalnya "

Dalam keterangan ayat di atas, Allah menyebutkan mati lebih dulu dari pada hidup, dengan arti supaya "mati"  itu banyak mendapat perhatian oleh manusia, sebab mati itu adalah merupakan pintu gerbang bagi kehidupan yang " ABADI " Seperti yang di katakan oleh Ali Bin Aby Thalib  :

      "Mati itu adalah pintu dan  tiap-tiap orang memasuki pintu itu.Sedang engkau menjadi makanan mati "
     Maka bagi orang-orang mu'min tidak perlu takut akan mati.,malah mati itu merupakan pintu gerbang untuk masuk ke alam barzakh,sementara menunggu datang masanya memasuki alam akhirat.Maka di alam barzahk ini ia sudah dapat melihat apa balasan Tuhan terhadap amal perbuatannya, Maka disa'at itu ia telah merasa gembira dengan hasil amal perbuatannya yang tidak mengecewakannya .
Continue reading →
Saturday, January 26, 2013

PENJARA TIDAK MEMENJARAKAN PIKIRAN MEREKA

0 comments

Penulisan tafsir Fi Zhilalil Qur`an, karya Sayyid Quthb dibagi menjadi dua periode. Periode sebelum dipenjara dan periode ketika di penjara. Antara Oktober 1952 dan Januari 1954, ia meluncurkan 16 juz dari Zhilal.
Ketika dimasukkan penjara untuk pertama kalinya, Januari hingga Maret 1954, Quthb berhasil menerbitkan dua juz Zhilal, juz ke-17 dan juz ke-18. Ia kemudian dibebaskan, tapi November 1954 ia bersama ribuan jamaah Ikhwanul Muslimin ditangkap lagi dan dijatuhi hukuman 15 tahun.

Selama dipenjarakan, ia merevisi tiga belas juz pertama tafsir Qur`annya dan menulis beberapa buah buku, termasuk Hadzad Diin (Inilah Islam) dan Al-Mustaqbal Hadzad Diin (Masa Depan di Tangan Islam). Sebelumnya, Quthb berhasil menerbitkan 16 juz dari Tafsir Zhilal sebelum ia dipenjara.

Hamka mulai menulis tafsirnya pada tahun 1958. Awalnya dilakuan lewat kuliah subuh pada jamaah di masjid Al Azhar Kebayoran Baru, Jakarta. Ia memulai penafsiran dari surah al Kahfi juz XV. Mulai tahun 1962, kajian tafsir yang dicermahkannya itu dimuat di majalah Gema Islam.

Dua tahun kemudian, tepatnya 27 Januari 1964, Hamka ditangkap penguasa Orde Lama (Soekarno) dengan tuduhan berkhianat terhadap tanah air. Penahanan ini berlangsung sekitar dua tahun. Dan ini menjadi berkah bagi ulama yang juga sastrawan itu. Dalam rentang waktu di tahanan itulah ia bisa menyelesaikan penulisan tafsirnya. Beberapa hari sebelum pindah ke tahanan rumah, ia telah merampungkan tafsir Al-Qur’an 30 juz. Pada tahun 1967, tafsir itu untuk pertama kalinya terbit dengan nama Tafsir Al Azhar.
http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/dari-penjara-lahir-karangan-mulia.htm

Tidak seorang pun berharap atau menginginkan dapat ‘menginap’ di hotel prodeo alias penjara. Tapi bagaimana bila itu terjadi?

Bagi seorang muslim, hidup di luar penjara atau dalam penjara tidak ada bedanya ketika mereka mendapatkan nikmat dan cobaan. Semua terpulang bagaimana menghadapinya.

Menghadapi nikmat, ya hadapi dengan bersyukur. Ketika di penjara, satu-satu cara untuk menghadapinya adalah dengan bersabar, karena hal ini merupakan cobaan.

Sayyid Quthb dan Hamka dua sosok ulama yang nampaknya berhasil menghadapi cobaan berupa jeruji besi. Mereka terima dan jalani kehidupan dalam penjara, sebagai sebuah Qadha dan Qadar.

Mereka tidak memikirkan bagaimana pandangan masyarakat ketika mereka di penjara. Cukup saja, penilaian dan ridha Allah yang mereka harapkan.

Walau dalam penjara, mereka masih memikirkan bagaimana dapat berbuat banyak untuk masyarakat. Image bahwa para narapidana adalah sampah masyarakat, TIDAK TEPAT disematkan untuk mereka.

Semangat mereka tetap stabil. Cobaan tidak membuat semangat mereka menjadi padam. Sehingga menulis bagi mereka tidak perlu mood.

Bagi yang senang sejarah, silahkan mampir http://historyarnab.blogspot.com/
Continue reading →

Tukang Koran VS Tukang Senyum

0 comments


Suatu pagi dengan langit yang nggak ada malu-malunya merekahkan kemilau surya. Ditemani dengan lalu lalang kendaraan yang saling berebut jalan, aku berusaha tetap santai dalam pekerjaan menunggu kepulangan keponakanku. Duduk di atas dipan kecil yang ada di bawah pohon "kismis" di dekat sekolah keponakanku sambil terus melemparkan wajah sok manis bagi beberapa pengendara yang sempat kukenal.


Nggak lama kemudian, datanglah seorang pria penjual koran harian. "Koran... koran... koran," ujarnya menjajakan koran jualannya. Pria itu berhenti tepat di sebelah motor matik yang terparkir di depanku. Hahay... sepertinya pria penjual koran itu terpukau dengan senyum manisku. Hiks... padahal seingatku, aku nggak melempar senyum sumringah, hanya sekadar reaksi otot bibir atas yang tertarik sedikit ke atas.

"Koran, Mbak. Ini kabar terbaru tentang desa ini lho, Mbak. Berita ini masih panas-panasnya lho," pria itu berusaha merayuku agar membeli korannya.

Reaksiku datar. Pria itu turun dari motornya, mendekatiku, lantas menjulurkan korannya padaku. Aih lagi-lagi reaksiku tetap datar dengan sedikit memicingkan sebelah alis dan bibir atas, aku menggelengkan kepala sebagai jawaban atas tawarannya. Memang belum berakhir sampai di situ. Saking datarnya aku menanggapi rayuannya, pertanyaan konyol itu pun melesat dari mulutku.

"Memangnya berita tentang apa toh, Mas?"
"Tentang warga desa ini, Mbak."
"Iya... tentang apa, Mas?"
"Tentang murid SMK teeeeeeeeeetttttt yang dipinang polisi, MbaK."
"Wew..., kabar bagus itu, Mas. Alhamdulillah masih banyak kabar bagus di desa ini."
"Lawong dipinang polisi buat dimasukin ke penjara kok bisa dikatakan bagus toh, Mbak."
"Wealah! Masnya juga sih ngejelasinnya pakai blibet segala. Memangnya anak itu kena kasus apa kok sampai dipinang polisi gitu, Mas?"

Pria penjual koran melempar senyum cibirannya sekilas sebelum akhirnya ia menjawab santai pertanyaanku itu.

"Hehehe... dua ribu, Mbak." Jawabnya slengean sambil terus berusaha menjulurkan korannya ke arahku.
"Ha? Kasus dua ribu apa maksudnya, Mas?"
"Beli koran ini dua ribu! Setelah itu Mbak akan tahu kasusnya apa."

Jiahahahaha..., akhirnya aku tercekat, mati kutu mendengar jawaban santai sekaligus mematikan akalku. Jangankan membalas ucapannya, senyum atau sekadar mencibir datar seperti sebelumnya saja rasanya susah. Hiks... perut belum terisi juga, pagi-pagi setengah siang sudah dapat sarapan senapan kata dari pria yang baru dikenal. Lagian waktu itu hanya ada uang tujuh ratus rupiah dalam jok motorku.

"Piye, Mbak? Tertarik beli?"
"Lain kali aja, Mas. Nunggu beritanya jadi dingin. Soalnya yang panas-panas bisa merusak gigi dan gusi, Mas."
"Yeeee, si Mbak. Bilang dari tadi kek. Hemmmm...." pria penjual koran melengos cepat membawa motornya menjauhi keberadanku.

Aku hanya bisa ngakak sendiri di pinggir jalan, masih untung nggak ada yang mengira aku gila. Huft... jadwal pulang sekolah keponakanku mundur hampir setengah jam. Masih setia menunggu hingga berpuluh-puluh menit setelahnya. Tetap duduk sambil menikmati lalu lalang orang di 'jalan raya mini', bersama wali murid lain yang juga bertujuan sama.

Continue reading →

Tolonglah Saya Dengan Doa Anda

0 comments



Saya menulis catatan ini, karena saya sedang bosan. Mungkin Anda semua tertanya, bosan akan hal apa? Terus terang saya merasa, sifat orang itu terkadang selalu kurang mensyukuri apa yang telah didapat atau dicapai. Dan sifat itu pula yang kini tengah menyapa saya saat ini.

Menjadi seorang BMI, tentunya harus bersyukur daripada hanya menjadi seorang pengangguran. Memiliki pekerjaan, dan gaji tetap tiap bulannya. Kurang apalagi? Namun tidak dengan saya. Saya bukan tak mensyukuri nikmat Allah yang satu ini. Hanya saja, keinginan  serta hobby saya tak tersalurkan dengan baik akhir-akhir ini, yang akhirnya menjadi saya sering uring-uringan.

Sudah menjadi kebiasaan seorang penulis, (walaupun saya bukan penulis) hanya suka menulis. Jika ada ide-ide yang datang, itu akan lebih baik jika segera diikat, atau dituliskan. Agar ide tersebut tidak menguap dan hilang begitu saja. Namun beda dengan saya akhir-akhir ini. Ketika banyak ide yang menghampiri, justru saya tak mampu mengikatnya, disebabkan waktunya yang semakin berkurang bahkan tiadasama sekali. Terlalu sibuk dengan pekerjaan. Sedih! Benar, saya bahkan merasa hampir setress dengan keadaan ini.

Ini terjadi sekitar 5 bulan yang lalu, karena boss saya dipecat oleh kantor perusahaanya, sehingga beliau harus menganggur di rumah. Padahal belaiu masih sangat muda. Namun entah mengapa, beliau tak mau mencari pekerjaan di kantor-kantor yang lain. Sehingga beliau harus menganggur, dan selalu di rumah setiap harinya.

Padahal dahulu, sebelum boss saya dipecat dari pekerjaannya, beliau akan bekerja dari jam 8 pagi, hingga jam 7 malam. Seharian di kantor, semua urusan rumah dan anaknya, beliau percayakan penuh pada saya. Sejingga saya merasa banyak waktu, dan  bisa mencurinya untuk menulis dan menulis. Namun kini, walaupun beliau tak banyak omong, dan selalu di kamarnya, namun waktu saya untuk menulis jadi hilang entah kemana.

Dulu, sewaktu saya berada di North Point, saya memiliki sedikitnya buku dan tulisan. Seperti buku TKW menulis, Masihkah Kau Mencintaiku, dan Cinta monyet Never Forget, itu semua saya tulis dengan waktu yang melimpah. Tahu mengapa?. Karena saya hanya menjaga seorang nenek saja, sehingga saya memiliki buaaanyak sekali waktu.

Namun kini, setelah 1 tahun berganti boss, kegiatan menulis saya jadi sedikit berkurang. Terus terang, saya agak merasa malu, sebab tak memunculkan lagi buku-buku saya untuk teman-teman. Namun apa bisa saya katakan, saya kehilangan kesempatan untuk menulis. Saya sangaaaat, sangat ingin kembali aktif dalam menulis, seperti 5 bulan yang lalu, saat boss masih bekerja. Namun itu hanya angan saya, yang mungkin tak kesampaian.

Walau dari awal kami telah sepakat, saya diizinkan memiliki computer, saya diberikan internet gratis, saya diizinkan menulis, dan memiliki aktifitas lainnya, seperti beribadah dan memakai hijab, namun seiring bergulirnya waktu saya di rumah boss, justru semakin merosot.

Dan saya faham, roda selalu berputar. Tak selamanya, roda itu akan selalu di atas. Jika dahulu saya berada di atas, dan bisa menghasilkan karya, namun saya harus mengakui, itu situasinya berbeda dengan saat ini. Kini, roda kehidupan saya dalam dunia kepenulisan, mungkin sedang berada di bawah. Dan sekali lagi, saya faham, saya berada di rumah boss di gaji untuk bekerja.Namun entah mengapa, ketika ide-ide menulis itu datang, dan tak terluahkan, saya seperti menjadi orang yang stress. Saya bosan, lelah, dan mudah mengeluh. Astaghfirullah….! Semoga keadaan seperti ini, tidak berlarutan.

Saya tak mensyukuri, hakikatnya. Dan semoga Allah mengampuni rasa tidak mensyukuri ini.

Namun saya ingin mengatakan pada Anda semua, saya belum tenggelam dari dunia kepenulisan. Untuk setahun ini, saya telah menulis scenario, menulis novel yang kini di penerbitan, menulis kumcer, juga di penerbitan dan lain-lain, walau dengan ‘istilahnya’ merayap. Sehari terkadang hanya 1 paragraf, hanya 1 lembar, atau bahkan hanya menulis status. Saya belum menyerah! Saya belum menyerah dengan waktu yang semakin mencekikik leher. Saya belum meninggalkan dunia kepenulisan ini. Saya masih ada. (Menjerit…..!!!) he he…..! Bahkan saya merasa semakin dendam dengan waktu ini. Saya anggap, ini adalah sebuah ujian, yang harus saya lewati. Sebab dalam dunia apapun, kita harus melewati ujian dan kebahagiaan. Melalui suka dan duka, tangis dan tawa, dan patuh pada qada dan taktirNya.

Allah mengerti setiap gerak gerik ummatnya. Walaupun itu di dalam hati. Jauh tak terjangkau oleh pandangan manusia. Ya, saya yakin, Allah mendengar semua doa daya, dan  akan mengembalikan semua waktu ini untuk saya kelak, apabila saya keluar dari rumah boss. Dendam saya pada waktu dan dunia kepenulisan, akan terluahkan. Saya juga ingin memohon pada Anda semua, doakan saya, agar saya lebih bisa menerima kenyataan ini dengan lapang dada. Terima kasih. J

LEGA, terima kasih ya Allah…..terima kasih teman-teman semua. Semoga Allah senantiasa bersama kita. Amin. Smile…J
Continue reading →
Friday, January 25, 2013

DIALOG LAUT DAN SETITIK TINTA

0 comments

 
Sengaja kutorehkan setitik tinta itu
Mengikuti tarikan dunia hingga sepasang matamu berair
Lama setelahnya, dalam tafakur, tangisku menjelma
membayangkan luka yang menganak sungai di matamu

"Itu bukan kau. Aku kenal siapa kau yang sebenarnya. Come back!"
Ujarmu, getir dan nyayat

"Bagaimana aku akan mengembalikan setitik tinta yang telah mengotori?
Tolong, bencilah aku agar sempurna penyesalanku."

Tapi bibirmu sunggingkan senyum
Matamu memberiku cahaya
Tanganmu bangkitkan aku dari letih

Tolong, katakan padaku?
Bagaimana caranya agar tak menangis?
Aku hampir lupa cara tertawa

*
Untuk orang2 terbaik dalam hidup seorang Dirman...
Terima kasih telah berbagi dan persaudaran yang indah ini
Semoga kita tak pernah saling melupakan oleh alasan apapun
aku menyayangi kalian karena allah dan karena kalian pantas untuk disayangi...
terima kasih telah menjadi bagian dari hidupku...
Continue reading →

MELEPASNYA DARI HATIMU-TRUE STORY

0 comments


(by : Akhi Dirman Al-Amin)


Buku itu masih kupegang erat dengan deburan di dada yang tanpa henti. Kubaca berkali-kali hingga terasa ada yang luruh di jiwa; sebuah rasa yang mungkin bernama penyesalan tanpa ujung, atau keikhlasan yang seharusnya tak lepas dari hati.

“Don’t Cry, Ketika Mencintai, Tak Bisa Menikahi”

Sebab air matamu seharusnya tak jatuh begitu saja

 “Don’t Cry, Ketika Mencintai, Tak Bisa Menikahi”

 “Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (QS: Al-Mu’min 60)

“Don’t Cry, Ketika Mencintai, Tak Bisa Menikahi”

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tak disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan baginya keperluannya” (QS: At-Thalaq 2-3)

“Don’t Cry, Ketika Mencintai, Tak Bisa Menikahi”

Kali ini, tangisku benar-benar luruh di atas sajadahku untuk sebuah cerita yang kurangkai dengan sepenuh do’a. ‘Allah lebih tahu yang terbaik, Dirman… bersabarlah….”

* * *


Sebut saja namanya Cinta, setidaknya ia terlahir dari buah cinta Allah yang ‘menitipkannya’ pada sepasang suami istri yang juga penuh cinta.

Banyak sahabatku sesama aktivis yang bilang ia cantik, tapi bagiku tak ada yang terlalu istimewa padanya. Wajahnya memang ayu, setidaknya kedua orang tuanya yang berasal dari pulau Jawa mewariskan padanya wajah ayu dengan tutur kata yang selembut sutra. Dan hey… sejak kapan kau memperhatikan suaranya yang lemah lembut, dirman?!

Entahlah!

Ini terjadi ketika salah sepupuku, Helmy, memberondongku dengan sejuta kalimat yang membuat hatiku tak menentu ketika ia pulang sekolah (waktu itu, Cinta masih kelas III SMU, sekelas dengan Helmy)

“Gawat bang… tau Cinta kan?! Anak Remaja Masjid tuh!”

Ada apa ini?!

“Dia mau ‘ditembak’ oleh anak – anak yang nggak bener di sekolahan. Aduh… dia kan baik banget bang!”

Lho?! Kok… nyambung banget. Hehehe…

“Pokoknya gini deh bang. Cinta itu cocoknya sama abang. Gimana kalau abang tembak dia?!”

Aku tersenyum. Hampir tertawa. Kuraba jidatnya. Aduh… mungkin adikku tersayang lagi demam. Hehehe…

“Woy…” Helmy menepis tanganku di jidatnya. “Abang tau nggak sih, Cinta sering cerita tenatng abang di sekolahan. Kayaknya dia naksir sama abang. Tiap hari, kalo dia lagi cerita – cerita ama adek, selalu ceritanya abang melulu. Katanya dia suka baca cerpen-cerpen abanglah, inilah… pokoke abang tembak ya. Please….!!!”

Dan entahlah… malam itu, tidurku menjadi tak nyenyak. Wajah itu membayang tiba – tiba. Benarkah Cinta… Ia yang terlihat nyaris sempurna, dengan jilbab panjangnya yang anggun. Benarkah ini ya Allah…

Dan entah bagaimana awalnya, kuterima ‘tantangan’ itu dengan hati berdebar.

“JIka abang nggak berani ungkapin langsung, biar Helmy yang nyampaein. Atau lewat telpon aja. Bla bla bla….”

Aku seperti anak kecil sore itu, menerima pelajaran dari guru kecilku yang kenyang pengalaman ‘menembak cewek’. Dan aku me-deal-kan opsi kedua; telpon!

Dengan hati berdebar kutelpon dia. Entah, ketika mendengar suaranya di telpon, aku jadi semakin kebat kebit dengan suaranya yang lembut. Mengapa aku baru menyadarinya?!

Dan, sejak sore itu, kami JADIAN!

“Kita akan tetap menjaga sikap. Jangan sampai kita berlebihan, karena bagaimapaun kita aktivis masjid”

Itu komitmen kami. Komitmen yang akhirnya luntur seiring waktu. Keikhlasan menjalani aktivitaspun menjadi berkurang. Entah, dalam hatiku ada rasa kecewa ketika dalam kegitan yang aku ikuti, dia tiba–tiba berhalangan hadir. Ibadahpun  menjadi kering kerontang.

Mengapa?!

Ya, sejuta mengapa hadir di jiwa. Lebih–lebih ketika di beberapa kesempatan aku menghadiri kajian tentang Ghodul Basyar. Astagfirullah… seolah ada beribu pasang mata yang memasung langkahku. Beribu pasang mata yang menghujam jantungku dan membuatku seolah tak mampu berkutik.

Allahu… ampuni hamba…

Maka, sehelai surat yang tertulis atas nama cinta itupun kukirim padanya….


* * *

Ukhti…,

Setiap kali menatap wajahmu, kau tahu?! Aku seperti melihat rembulan yang bulat sempurna memancarkan cahaya bagi gelapnya malam yang pekat. Terlebih jilbab panjang yang menutupi rambutmu, semakin memancarkan aura islam yang begitu indah terpancar dalam dirimu.

Dan tak akan ada habis-habisnya kata – kata pujian yang terlontar padamu. Matamu yang sebening embun itupun selalu kau tundukkan agar tak tampak lintasan hati.

Sungguh, Ukhti, bukan untuk memuji jika kukatakan keterusterangan ini padamu, tapi lebih untuk meyakinkanmu, bahwa engkaulah satu dari sedikit cahaya yang diciptakan Allah untuk menerangi dunia yang penuh dusta dan kemaksiatan ini.

Tidakkah kau tersanjung, atas rasa cinta-Nya yang demikian besar padamu?!


Ukhti…,

Kau tahu?! Tidak semua wanita dilimpahi-Nya dengan hidayah dan kekuatan iman sepertimu. Allah adalah sahabat bagi mereka yang beriman. Dia membawa mereka dari kegelapan menuju cahaya. (QS. Al-Baqarah : 257)

Lihatlah, Ukhti. Lihatlah di sekitar kita saja, tak perlu kau layangkan pandang untuk melihat jauh ke Jakarta, dimana akan kau temukan artis-artis yang mempertontonkan aurat hanya untuk meraih kemegahan dunia. Ada juga wanita – wanita yang menjual diri hanya untuk selembar kesenangan sesaat. Naudzubillah min dzalik…

Sekali lagi, tak perlu melihat jauh-jauh, Ukhti. Ada beberapa gadis muda seusiamu yang rela membuka jilbab hanya untuk mendapatkan peran kecil dalam pementasan drama yang hanya ditonton oleh orang-orang sekampung.

“Barangkali sikap artis-artis itu bisa dimaklumi…” Ujar seorang teman dengan nada getir.

Tapi, semua itu tak pantas dimaklumi, bukan?! Tak bisa! Karena semua itu telah melanggar batas-batas yang syar’i. Bahwa selayaknya seorang wanita mempertahankan izzah mereka.

Engkau sependapat denganku, bukan?!

Kadangkala, aku ingin marah, Ukhti. Ingin sekali aku marah, karena mereka seperti mempermainkan akidah islam yang begitu mulia.

Dan Ukhti, cobalah selami hubungan kita selama ini. Terus terang, Ukhti, aku merasa sangat berdosa padamu, lebih-lebih pada Allah. Kita berpacaran, padahal kita sepenuhnya sadar, bahwa dalam Islam tak ada istilah pacaran. Aku rasa, engkapun telah mengerti hal itu dan tak perlu kujelaskan lagi, bukan?!

Maka, bukan untuk menyakiti hatimu, jika aku katakan; relakanlah aku menjadi Ikhwan! Sebab, sudah saatnya bagi kita untuk membersihkan hati kita dari cinta semu yang penuh virus dan semoga cinta tertinggi kita hanya untuk Allah, sebab hanya ialah yang patut dicintai.

***


Selesai sampai di situkah?!

Aku menangis sepanjang malam ketika surat itu sampai di tangannya. Sms-nya pun mampir seolah berondongan peluru di inboks hpku. Berjuta mengapa yang tak ku tahu harus dijawab apa.

Di beberapa acara yang kami gelar, jarang kulihat lagi wajahnya. Ia seolah menghilang dari kegiatan – kegiatan yang biasanya ia jalani dengan senyum. Padahal aku begitu ingin meminta maaf padanya.

Ah, andai saja ia tahu. Aku hampir ‘sekarat’ karena begitu ingin membunuh semua wajah Cinta dihatiku. Kubakar semua foto–foto dan benda–benda kenangan yang akan membawaku padanya. Aku semakin tenggelam dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan.

Sampai akhirnya, ia tamat kuliah dan mengajar di sebuah TK di kota Bima, sedangkan akupun telah mengabdi di sebuah SMA. Entah, pertemuan kembali dalam sebuah organisasi yang sama seperti sewaktu kami remaja menghadirkan kembali virus merah jambu yang dulu pernah bersemi, sekalipun –tentu saja- kali ini aku bertekad tak akan pacaran, tapi ingin menjalin hubungan yang lebih dekat; menikah!

Sampai akhirnya kutemukan nama cinta dalam selembar kertas yang dikirim untukku; undangan pernikahannya, yang membuat aku berkeping – keping dan tak menentu.

Allahu… aku menangis untuk banyak hal. Untuk hati yang semakin terkotori nafsu dunia. Untuk lubang yang selalu di situlah aku jatuh berulang – ulang.

“Bacalah buku ini. Semoga sedikit menteramkan hatimu…” Ujar adikku, memberikan buku itu padaku, Don’t Cry, Ketika Mencintai, Tak Bisa Menikahi karya Fadhlan Al Ikhwani.

Awalnya tak kuhiraukan. Hatiku sibuk dengan berbagai pertanyaan; apa yang kurang padaku, Allah… sehingga tidak kau ciptakan dia untuk hamba? Bukankah kau tahu, betapa hamba mencintainya? Bukankah cintaku betul-betul tulus dan murni?!

Dan membuka lembar demi lembar buku itu, ada perasaan yang merasuk ke jantungku. Sebuah penyesalan dan semangat untuk bangkit, karena tak seharusnya aku larut dalam kesedihan yang panjang. Allah tau yang terbaik. Allah tengah menyiapkan seorang bidadari terindah untukku yang bersamanya akan aku arungi kehidupan. Allah tahu yang terbaik. Allah maha tau…

“Don’t Cry, Ketika Mencintai, Tak Bisa Menikahi”

Karena di situlah engkau belajar untuk menjadi lebih baik

Hingga Allah menyiapkan yang terbaik juga untukmu

Di mata-Nya yang maha sempourna…***
Continue reading →

SUARA HATI WANITA

0 comments

* ini catatan seorang wanita yang dia titipkan kepadaku. Jujur, aku tertohok membacanya. ternyata, masih banyak hal yang harus kita (kaum laki-laki) tau dari rahasia para wanita :)

“Dia baik sich, tapi mana mungkin mau sama aku yang miskin gini!”“Aku belum berani meminangmu, karena terus terang aku belum punya apa-apa!”

“Afwan, sebaiknya kamu memang sama si fulan saja. Dia lebih bisa membahagiakan kamu,”

Kalimat dan cerita serupa sering banget aku dengar di film dan cerita nyata. Kata-kata dari seorang cowok, pria, lelaki, ikhwan atau apapun namanya yang bernada ‘pingin’ tapi ‘membuang’.

Jujur, ini sangat menyakitkan! Karena sepertinya kaum wanita adalah parasit yang bisanya hanya menumpang hidup dan menyusahkan. Jika yang ditempeli kurang cadangan makanan, bisa-bisa mati lemas.

Atau bisa jadi perempuan dianggap binatang peliharan kelas atas. Sebangsa kucing Persia atau ikan arwana yang biaya perawatannya menghabiskan jutaan hanya buat liat-liatan, kebanggaan, pajangan. Selesai cerita!

Jujur ini sangat menyakitkan! Meski aku belum tau pasti siapa yang salah. Bisa jadi karena populasi cewek matre kian memenuhi bumi, bisa jadi karena semakin hari segala birokrasi tak lagi mengenal kasihan dan kemanusiaan hingga setiap kepala harus berpikir ulang untuk menikah. Tapi bisa jadi juga ini salah para pria yang bermental kerdil dan tak berani membuka mata, terlebih hati.

Apa iya semua wanita perlu dana? Kalaupun jawabannya iya, apa iya SEMUA perempuan itu memintanya dari anda? Tak adakah wanita yang justru mandiri? Sudah habiskah para perempuan yang dengan ikhlas bekerja keras karena cinta pada qowwamnya dan mengerti kalau hidup di tahun sekarang memang perlu banyak dana?

Membuang perempuan dengan alasan tak berharta, buatku -sekali lagi- adalah hal yang menyakitkan. Apalagi jika yang mengatakan itu adalah seorang umat Muhammad. Tidakkah teringat olehnya kisah Rasulallah? Seorang konglomeratkah beliau? Jika Rasul kita bermental kerdil, tak akan sejarah mengenal Khadijah. Tak ada penikahan penuh cinta itu. Tak terlahir Fatima dan semua turunannya.

Seorang umat Muhammad saw, boleh tertakdir miskin, tapi jangan sampai berhati miskin.Jangan pernah bangga sebagai orang miskin,Dan jangan pernah minder sebagai orang miskin. Salam dari hati, buat para ikhwan sejati :)
Continue reading →

CATATAN PERNIKAHANMU, ADIK

0 comments

“Bang… kenapa abang sedih? Apakah karena hari ini adek menikah? Percayalah… semua akan tetap seperti sedia kala. Adik masih bebas. Kita masih akan terus bersama…”

Aku tersenyum. Antara ingin tertawa atau tersenyum tanpa sebab.

Kau masih seperti dulu dek…

Masih ingat tidak? Aku mengenalmu ketika engkau masih memakai celana pendek birumu ketika kita pertama bertemu. Dipertemukan oleh nasib dan kesamaan kegemaran di bidang seni teater. Entah bagaimana kita bisa begitu dekat. Mungkin juga oleh sebuah masa lalu yang tak ingin kubuka pada dunia. Tentang rasa.

Entah! Saat itu, yang ingin kulakukan hanyalah membuka mata dunia bahwa kau adalah kemilau permata. Hanya saja ada beberapa butir debu yang menutupi kemilaumu. Bagi-ku engkau pintar dek. Sungguh!

Kau tau dek, apa yang paling aku ingat?

Terkadang, kita usil membaca diari adek kita, Asep, dan kita tertawa terbahak-bahak membaca peringatan di sampul buku itu yang ditulis oleh Asep kecil dengan huruf kapital “SIAPAPUN YANG MEMBACA BUKU HARIAN INI TANPA SEIJIN SAYA, AKAN SAYA KUTUK MENJADI ORANG BODOH!”  hohohoho….

Atau, ketika mama ‘kita’ menyuruh engkau membaca buku-buku islami yang kerap beliau belikan, yang lantas terjadi dialog yang membuat aku tertawa terbahak-bahak.

“Aku sudsah tau isinya, Mom.” Katamu
“Emang apa? Perasaan mama belum pernah lihat kau membaca bukunya?” Ujar mama heran
“Pokoknya isisnya tentang yang baik-baik!”
hahahaha… konyol sekali! Nampaknya kita sudah terkena mantra kutukan Asep, karena kita sering membaca buku hariannya dan kita mentertawakan ke-childisannya seolah kita tak pernah ‘terdampar’ pada umur yang sama.

Dan hari ini… apa yang harus kuucapkan?

Kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku dek
Maka, ketika hari ini kau bahagia, aku lebih berbahagia…
Jagalah kebahagiaan ini abadi dan selalu dalam Ridho-Nya dek…
Aku menyayangimu karena Allah, selamanya…

Doakan agar abang secepatnya menemukan-‘nya’, seorang muslimah terbaik yang bersamanya kami akan menyulam kehidupan. Demi Allah….

Barakallah dek….
Ingat! Jangan ajari anakmu nanti kenakalan yang sama sepertimu dulu
Continue reading →

SATU SATUNYA DI DUNIA-Islamic Center Mataram

2 comments
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Hanya satu-satunya kelompok sosial di dunia yang mencintai masjid lebih dari segala jenis bangunan lainnya, Itulah masyarakat Lombok. Gelar Pulau Seribu masjid untuk Lombok bukan pemberian tapi konotasi otomatis karena berbanding lurus dengan faktanya. Saya yakin, kelak dikemudian hari, ketika para ilmuwan sudah berjumlah banyak di Lombok, maka masjid2 ini akan dipakai sebagai 'center of excellent'. Optimis.

[Contoh saja] Sejak tiga tahun lalu, masyarakat Desa Tanak Beak, Narmada Lombok Barat telah membangun sebuah masjid yang sampai tahap ini telah menelan biaya lebih dua milyar rupiah. Masjid Nururrahim ini memiliki beberapa hektar tanah wakaf, namun masyarakat tidak sudi menggunakan sumber dana abadi mereka untuk membangun masjid itu. Mereka bergantian, kampung perkampung memenuhi jadwal kerja gotong royong. Ada juga program memborong pengecoran berbagai gedung dan upahnya mereka wakafkan untuk pembangunan masjid tersebut. Orang miskinpun tidak mau ketinggalan. Mereka punya caranya sendiri.

Itulah masjid, sebagai monumen mereka tentang agama sebagai pemersatu mereka, tentang kerja keras mereka, tentang kesabaran dan daya tahan mereka dan bahwa mereka bahkan melebihi Amerika Serikat yang patung Liberty-nya justru hadiah dari Negara lain, Francis.

Apapun argumennya, menomor duakan masjid di depan orang Sasak Lombok adalah tanda ketidak fahaman terhadap mereka. Pernah seorang penceramah mencemooh masyarakat yang terkesan menomor duakan kesejahteraan mereka sendiri daripada bangunan masjid dan pergi hajji, maka saya mendapat berondongan komplain dari masyarakat Tanak Beak: "mengapa anda membawa penceramah yang tidak mengerti bahwa mencintai Allah adalah landasan dari semua pengharapan kita?"

Mungkin maksud jamaah tadi adalah, manusia seharusnya menunjukkan dahulu pengorbanannya kepada hal-hal yang disukai Allah baru merumuskan permintaan dan ikhtiarnya? bukankah Berhajji dan membangun masjid adalah satu dari pengorbanan yang diperintah dan dicontohkan Rasulullah?

Ada seorang calon jamaah haji, berangkat seorang diri, lalu diberi usulan agar dia menunda keberangatannya sampai istrinya punya ongkos hingga bisa berangkat bersama. Suami itu menjawab: "Bukankah multazam itu tempat paling makbul? Saya berangat dahulu nanti di sana saya bisa mendoakan istri saya agar segera punya ongkos dan beranagkat bersama jamaah lain atau kami bahkan bisa berangkat bersama?" Lihat betapa dahsyat optimisme jamaah ini terhdap janji Allah dan Rasulnya. Sesuatu yang tidak masuk dalam hitungan ala modern yang materialistis.

Ada juga sebuah keluarga yang suaminya kurang sehat, istrinya menyerahkan uang kepada panitia masjid sebagai wakaf dan
minta didioakan oleh jamaah agar penyakit suaminya segera mendapat jalan kesembuhan dari Allah SWT. Dan memang sembuh.

Satu hari, dilaksanakan pertemuan Panitia Pembangunan, saya menyampaikan keluhan para intelektual kita yang sering kesal dengan bangunan masjid2 megah namun jamaahnya tidak banyak. Seorang tua uzur angkat bicara: "Kami orang bodoh, hanya bisa mununjukkan cinta kami pada agama dengan cara mengerjakan bangunannya. Untuk urusan meramaikan jamaah? itulah bagian anda orang2 pintar untuk mengaturnya kami." Wow saya tidak punya kata lain selain kekaguman pada semangat mereka.

 
Mengacu pada isi diskusi di Forum Diskusi Membangun NTB (FDMN) ini, saya sampaikan pengandaian, sekiranya Islamic Center NTB dan Menara Asmaul Husna-nya tidak dilanjutkan oleh Pemerintah [dengan argmen apapun juga], apa tindakan kita? Mereka serentak mengacungkan tangan dan meminta saya untuk memimpin melanjutkannya. Pate'en* dengan Pemerintah yang telah tega membangun Per-WC-an alias JAMBANISASI ratusan milyar namun tak sudi membangun masjid sebagai pemersatu semangat ummat.

Beberapa hari setelah itu, saya sampaikan hal itu kepada Tuan Guru Shafwan Hakim, beliau dengan semangat menjawab "Siap. Kita lanjutkan jika Pemerintah dan sebagian masyarakat NTB memang lepas tangan".

Tak ada bandingannya di dunia ini, semangat membangun masjid yang ada di dada orang2 Sasak Lombok. Dengan demikian saya memperediksi Tanah Wakaf Milik Allah yang terluas di dunia adalah di Lombok. Setidaknya jika dihitung secara proporsinal menurut jumlah penduduk muslimnya. Wallahu a'lam.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Narmada, 25 Januari 2013
Continue reading →