Ada yang Beda di pelipis tanah
Sore ini teramat beda
Dibalik ke elusan kerasnya
Ia membombardir hamparan gersang
Tak lagi bertanggung jawab
Atas terserapnya butiran-permata
Lenyap tiada tersisa
Ia tak sudi lagi
Dentuman Gemuruh itu
Dunia seakan pecah olehnya
Jantung berguncang kencang
Angin mengajak berperang
Aku tak peduli
Mau burung ikut berdosa
Atas kelakuan tanah tiada peduli
Aku juga tak mau sudi
Hukum alam tiada pasti
Rabb tahu apa kehendak takdir
Dunia itu hamba
Akan tetap hamba hingga hari akhir
Harun juga membuktikan kebenaran dan kesesuaian ayat-ayat Alquran yang menjelaskan fenomena hujan dengan sains modern. ''Andai manusia mencoba mengatur daur di alam semesta, maka tak akan pernah berhasil, walaupun mengerahkan semua teknologi yang ada di bumi,'' paparnya.
Tanpa harus menggunakan biaya dan teknologi, makhluk hidup di bumi bisa menikmati air melalui proses penguapan. Menurut Harun, setiap tahunnya 45 miliar liter kubik air menguap dari lautan. Air yang menguap tersebut dibawa angin melintasi daratan dalam bentuk awan. Setiap tahun 3-4 miliar liter air dibawa dari lautan menuju daran untuk dapat dinikmati dan dimanfaatkan manusia.
Untuk itulah Alquran mengajak manusia untuk mensyukuri hujan sebagai karunia yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya. Dalam Alquran surat Al Waaqi'ah ayat 68-70 Sang Khalik berfirman,''Maka terangkanlah kepada-Ku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki, nisaya Kami jadikan dia asin, maka mengapa kamu tidak bersyukur.''
Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diatur-Nya menjadi sumber-sumber di bumi kemudian ditumbuhkannya-Nya dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu Kami melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal. (QS.Az-Zumar,39:21).