Kita harus meyakini bahwa hidup di dunia ini hakekatnya adalah merantau, tidak ada sesuatu yang abadi di dalamnya. Karena kita sedang merantau, maka mau tak mau suatu saat kita akan pulang.
Tempat yang permanen sudah disiapkan Alloh SWT di akhirat sana. Karena pulang adalah suatu kepastian, maka kita harus merindukan pulang dengan panggilan yang indah dari sang pencipta.
Alloh SWT berfirman dalam QS Al-fajr 28-30,
“Wahai jiwa yang tenang!, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridlo dan di-ridloi-Nya, Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku“
Dalam ayat di atas, Alloh SWT memanggil dengan panggilan yang sangat indah kepada jiwa yang tenang (nafsu mutmainnah), Pulanglah..sekarang saatnya engkau pulang dengan penuh kegembiraan dan keridhoan-Ku. Orang yang pulang merasa senang, begitupun Alloh merasa senang menerimanya.
Setelah menyambut dengan keridloan, Alloh SWT mempersilahkan jiwa yang tenang itu masuk ke dalam golongan hamba-Nya yakni para anbiya, syuhada, dan sholihin. Ini suatu kenikmatan yang besar, karena tidak semua orang yang pulang itu diridhoi Alloh, sebaliknya ada yang dimurkai-Nya. Mereka itu bukanlah golongan dari ‘hamba-Ku’ melainkan golongan para musyrikin, munafiqiin dan kafirin.
Alloh SWT ternyata tidak berhenti disini dalam menyambut jiwa yang tenang itu, Alloh SWT selanjutnya mempersilahkan masuk ke dalam surga yang abadi selama-lamanya.
Sungguh beruntunglah orang yang memiliki jiwa yang tenang, ia akan memperoleh tiga kenikmatan besar tatkala pulang memenuhi pangggilan-Nya, disambut dengan keridhoan Alloh, dimasukkan ke dalam golangan-golongan hebat (hamba-Ku), dan terakhir masuk surga. Apalagi yang kita impikan dalam hidup kita ini, kalau bukan ketiga ini bukan??
Semoga kita termasuk jiwa yang dipanggil dengan sebutan jiwa yang tenang. Jiwa yang dalam hatinya ada iman, sabar, syukur, tidak menyakiti orang lain, tidak berburuk sangka, tidak menggunjing, menyerahkan urusan kepada alloh semata, dan kebaikan-kebaikan lainnya. Agar kita bisa rindu pulang kepada-Nya….
(Dikutip dari pengajian Dhuhur, 6 September 2009, Mesjid Darussalam Kota Wisata, narasumber: Drs. H. Aseph Aonuddien MSi)