Saya seorang single parent dengan 2 orang putri yang cantik-cantik. Suamiku dipanggil Allah Subhanahu Wata’ala saat sedang dinas di luar kota. Semoga Allah mencatatnya sebagai syahid. Amin!
Dalam perjalanan hidup membesarkan buah hatiku, saya banyak merasakan kehadiran Allah yang sangat dekat.
Pernah saya merasa sangat malu kepada Allah ketika saya mengeluh, yang kemudian saya sadari sangat tidak pantas saya mengeluh karena Allah sudah memberi segalanya bahkan sebelum saya minta.
Berkali-kali juga saya merasa Allah mentertawakan saya, ketika saya sangat khawatir tentang keuangan keluarga. Padahal, sesungguhnya Allah itu sangat kaya dan ketika saya meminta dengan sungguh-sungguh, Allah mengabulkannya. Subhanallah.
Suatu hari Si Kecil ingin tas baru. Kebetulan keuangan kami sedang pas untuk urusan yang lain. Saya sempat berkecil hati, kenapa hanya sebuah tas baru saja saya tidak bisa memenuhinya? Saya tidak sanggup menatap mata kecewa Si Kecil.
Hari berikutnya ada pak pos datang mengantar paketdari Jakarta. Pengirimnya mantan tetangga yang bermukim di sana. Setelah dibuka, subhanallah, sebuah tas sekolah yang cantik yang sedang diinginkan Si Kecil. “Hadiah ulang tahun Si Kecil,” kata suratyang ditulis menyertai paket itu. Ya Allah…, bagaimana mungkin bisa sangat pas begitu?
Sangat banyak peristiwa yang luar biasa yang membuat saya terpana. Kadang saya merasa sangat takut, jangan-jangan Allah sedang menguji: apakah saya mampu bersyukur dan merasakan kebesaran Allah? Saya sering berdo’a mohon untuk tidak lupa diri.
Kerap saya ingin makan sesuatu, belum sempat belisudah ada orang yang mengantar ke rumah persis apa yang sedang saya inginkan.
Pernah juga saya ketakutan ketika ada orang yangmeyakiti saya kemudian mendapat musibah. Satu kali duakali saya belum memahami, tetapi ketika kejadian itu selalu berulang; saya menjadi ketakutan dan kembali memohon pada Allah. Ketika ada orang yang sengaja menyakiti hati saya, setiap selesai shalat sayamenyampaikan pada Allah bahwa saya sudah mema’afkan dan mohon untuk tidak terjadi apa-apa.
Alhamdulillah, langkah saya tersebut menjadikan hati lebih tenang.
Pernah juga saya merasa dijewer Allah. Ketika hari Raya Qurban, uang ditabungan tinggal Rp 800 ribu. Saya sudah diingatkan Si Besar (anak sulung) supaya berqurban seperti tahun kemarin. Saya memang sedikit ragu antara qurban apa tidak, jika qurban saya harus nambah sekitar Rp 200 ribu. Memang bisa, tetapi itu artinya kami tidak punya tabungan lagi. Beberapa hari kurasakan tarik ulur di hatiku. Dan akhirnya kuputuskan untuk libur dulu tidak potong hewan Qurban.
Malam kuambil keputusan, eh paginya dapat interlokal kalau ayah saya masuk rumah sakit karena jantungnya kumat. Dalam keadaan puasa Idul Adha saya pulang menempuh perjalanan 5 jam dengan kendaraan umum.
Singkat cerita, ketika ayah saya sembuh dan saya bisa kembali ke rumah, persis tabungan saya habis.
Sejak itu saya lebih berhati-hati menata hati. Saya benar-benar malu. Maka ketika tahun berikutnya Si Besar hendak berqurban dengan uang gajinya sendiri, dengan senang hati saya dukung.
Begitulah, beberapa peristiwa yang mengantar saya pada kesimpulan bahwa Allah itu sangat dekat, melihat, mendengar, mengabulkan pemohonan kita dengan penuh kasih sayang, sangat lembut, santun ketika membimbing kita. Subhanallah…
Semoga Allah memberi saya kemampuan untuk tetap istiqomah di jalan-Nya, dan kelak menghadap dengan qusnul khotimah. Amin.*/diceritakan Suki Dwi Rahayu, dikutip dari Majalah Suara Hidayatullah