Start By Reading

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang". الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ "Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam". الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ "Maha Pemurah lagi Maha Penyayang". مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ "Yang menguasai di Hari Pembalasan". إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ "Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan". اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ "Tunjukilah kami jalan yang lurus", صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ "(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat".
Saturday, October 20, 2012

Fisik Bukan Segalanya, tapi dari Sana Segalanya Bermula ~

0 comments


  Fisik BukanSegalanya, tapi dari SanaSegalanya Bermula 


Begitukah? Entah! Yang jelas, pantun klasik “Dari mana datangnya lintah, dari sawah turun ke kaki. Dari mana datangnya cinta eh, mestinya cintah dong ya – dari mata turun ke hati”, menggambarkan betapa mata adalah gerbang ke istana cinta. Apa yang bisa ditangkap oleh mata? Ya rupa, masa aroma?

Selain berbagai perbedaan lain, perbedaan “kualitas” fisik antarmanusia, seringkali dianggap sebagai bentuk ketidakadilan yang kejam dalam kehidupan. Jika memang seseorang memiliki rupa dan tubuh yang, katakanlah kurang simetris, layout atau perjawahannya tidak rapi, pokoknya sama sekali tidak nyaman dipandang, apalagi untuk jangka panjang, apa hendak dikata? Berusaha memoles dan merias habis-habisan, justru akan membuat makhluk itu kelihatan makin menyedihkan.

Orang yang sangat miskin, mungkin saja menjadi kaya bila dia gigih sekaligus “bernasib” baik. Tapi orang yang sangat jelek… Kegigihan dan nasib baik apa gerangan yang akan mengubahnya menjadi cakep? Operasi plastik? Nah, itu dia masalahnya. Bila dia berubah menjadi cakep dengan proses yang “maksa” itu, dia bukan dirinya lagi …

Kemiskinan, status sosial, derazat pendidikan, dan berbagai “kekurangan” lain, jelas akan mengganggu kepercayaan diri seseorang. Namun “kesadaran” akan buruknya kualitas “perwajahan dan pertubuhannya”, bukan lagi mengganggu, tetapi menggerogoti!

Wanita sering mengeluhkan, betapa pria adalah makhluk yang berorientasi kepada fisik. Tidak aneh sebenarnya, mengingat Sang Desainer tampaknya memang melekatkan jauh lebih banyak keindahan pada tubuh wanita daripada pria. (Oiya, kira-kira keindahan di tubuh pria itu apa ya?)

Tapi sebenarnya, tidak saja wanita yang perlu merasa risau soal fisiknya, ketika berhubungan dengan pria. Kaum pria pun begitu kok. Cuma ya, di-PD-PD-in saja.

Jadi inget dulu di milis, dapat posting tentang perbedaan cowok ganteng dengan cowok jelek.

Kalo cowok ganteng pendiem, cewek-cewek bilang: “Wow, cool banget…”

Kalo cowok jelek pendiem, cewek-cewek bilang: “Ih kuper…”

Kalo cowok ganteng bergaya gaul, cewek-cewek bilang: “fungky bo…”

Kalo cowok jelek bergaya gaul, cewek-cewek bilang : “ih norak…”

Kalo cowok ganteng jomblo, cewek-cewek bilang: “pasti dia perfeksionis”

Kalo cowok jelek jomblo, cewek-cewek bilang: “sudah jelas… Kagak laku!!!”

Kalo cowok ganteng jadi gay, cewek-cewek bilang: “tuh kan, cowok aja pada suka”

Kalo cowok jelek jadi gay,cewek-cewek bilang: “karena cewek-cewek udah nggak berminat”

Kalo cowok ganteng ganti-ganti cewek, cewek-cewek bilang: “wajar kan direbutin cewek-cewek cantik”

Kalo cowok jelek ganti-ganti cewek, cewek-cewek bilang: “pasti bolak-balik diputusin”

Kalo cowok ganteng dapet cewek cantik, cewek-cewek bilang: “klop… Serasi banget”

Kalo cowok jelek dapet cewek cantik, cewek-cewek bilang: “pasti maen dukun… Atau ceweknya matre”

Kalo cowok ganteng ditolak cewek, cewek-cewek bilang: “jangan sedih kan masih ada aku”

Kalo cowok jelek ditolak cewek, cewek-cewek bilang: (diam, tapi telunjuknya meliuk-liuk dari atas ke bawah).

Kalo cowok ganteng diputusin cewek, cewek-cewek bilang: “duh, kok bego banget tu cewek?”

Kalo cowok jelek diputusin cewek, cewek-cewek bilang: “akhirnya terbuka juga mata hati cewek itu”

Kalo cowok ganteng digaet tante-tante girang, cewek-cewek bilang: “pinter juga tuh tante”

Kalo cowok jelek digaet tante-tante girang, cewek-cewek bilang: “pasti karena cucakrowonya”

Kalo cowok ganteng ngaku pacar Asmirandah, cewek-cewek bilang: “percaya… Masuk akal”

Kalo cowok jelek ngaku pacar Asmirandah, cewek-cewek bilang: “yee, tolong beli kaca yg gede ye”

Kalo cowok ganteng suka merawat wajah, cewek-cewek bilang: “itu namanya memelihara aset”

Kalo cowok jelek suka merawat wajah, cewek-cewek bilang: “buang-buang waktu aja!!!”

Sedih ya membacanya… Konon lagi mengalaminya. *Pengalaman pribadi?* Tapi begitulah.

Padahal andai cewek-cewek itu tahu, atau siapapun yang cenderung menjadikan kecakepan sebagai kriteria terpenting, atau satu-satunya kriteria, dia bisa saja terjebak seperti membeli hp dengan casing kinclong, tapi daleman ancur!

Dan internet datang…

Banyak orang kemudian menjalin konektivitas, yang disebut sebagai “Relasi Kata tanpa Rupa”. Chatting, email, berbagai situs jejaring sosial, juga kemudian blogging, konon lagi bila berlanjut ke saling sms dan telepon, membuat antar insan menjadi begitu “dekat” walau mereka belum sempat bertatap muka.

Dalam hubungan di jagat maya itu, rupa dan unsur fisik secara keseluruhan, menjadi sekunder sifatnya. Jiwa, pemikiran, hal-hal yang tidak kasat mata, lebih mendapat ruang.

Memang banyak orang mencela jagat maya sebagai wahana beresiko tinggi untuk memulai sebuah hubungan yang serius. “Anda bisa tertipu!” kata mereka. Oiya? Trus ada jaminan manusia nyata yang Anda peluk-kecup setiap hari itu bukan seorang psikopat yang sedang menunggu waktu yang tepat untuk memutilasimu? Tuh, si Ryan tidak memungut korbannya dari jagat maya, tapi dari pertemanan nyata.

Barangkali, teknologi internet, yang memungkinkan relasi kata tanpa rupa itu, adalah jawban Tuhan atas keluh makhluk-makhluk-Nya, yang karena satu dan lain hal, memiliki tubuh yang kurang argonomis, dan wajah asimetris. Apa coba?

Relasi kata tanpa rupa tadi, memungkinkan jiwa-jiwa terekat erat lebih dulu, sampai kepada suatu titik, ketika mereka sudah siap walau akan menemukan jiwa yang mengikat jiwanya itu, ternyata bersemayam di dalam tubuh yang jauh dari sempurna.

Pada akhirnya, tidak saja fisik bukan segalanya, tapi bahkan tidak segalanya harus bermula dari sana. Semoga bermanfaat dan dapat mengambil hikmat dari ulasan

SEMOGA BERMANFAAT

Leave a Reply

DisClaimer Notes: Jika di Blog kami ditemukan kesengajaan dan atau tidak sengaja menyakiti siapa pun dan dalam hal apapun termasuk di antaranya menCopas Hak Cipta berupa Gambar, Foto, Artikel, Video, Iklan dan lain-lain, begitu pula sebaliknya. Kami mohon agar melayangkan penyampaian teguran, saran, kritik dan lain-lain. Kirim ke e-mail kami :
♥ amiodo@ymail.com atau ♥ adithabdillah@gmail.com