http://mariowiran.blogspot.com/ |
Belajar Hening dan Jadilah Bajik
Belajarlah untuk hening, dan engkau akan mengetahui dirimu
telah terlalu banyak bicara.
Jadilah bajik, dan engkau akan menyadari, bahwa dirimu telah
terlalu keras menghakimi orang lain. [Pepatah
Tiongkok Kuno]
Begitu
terkesan dan mendalami saat membaca dua bait kearifan kuno dari negeri Cina
ini, karena begitu pas dengan keadaan yang terjadi pada kita umumnya dan
khususnya diri saya sendiri.
BELAJAR HENING
Bait
pertama berbicara tentang belajar keheningan. Sadar tidak sadar manusia sulit
untuk mengheningkan dirinya karena nafsu yang bergelora.
Pada
jaman sekarang yang serba ramai dan hiruk pihaknya dunia, berapa banyak
diantara kita yang bisa menikmati keheningan?!
Bukannya
kita belajar untuk bisa mengheningkan diri, justru kita semakin terjebak dalam
hiruk pikuk dunia yang penuh gosip ini.
Tanpa
sadar kita menjadi bagian dari pelaku gosip dengan terlalu banyak bicara.
Bahkan adakalanya tak sabar untuk menjadi yang terdepan menyebarkan gosip.
Berbicara
sesuatu hal _membicarakan kejelekan orang lain misalnya_ yang sia-sia tidak
mendatangkan manfaat.
Tetapi
justru merugikan bukan hanya diri sendiri tetapi juga orang lain.
Dalam
hiruk pikuknya dunia yang dipenuhi terlalu banyaknya orang-orang yang berbicara
hal-hal yang tidak perlu, ada baiknya sejenak kita belajar menjadi hening.
Belajar
hening tidaklah perlu sampai melarikan diri ke tengah hutan dalam penyunyian
secara khusus. Tetapi kita dapat memilih setiap waktu sebagai waktu terbaik
untuk menjadi hening.
JADILAH BAJIK
Setiap
manusia pada dasarnya memiliki kebajikan. Tetapi dengan seiring berjalannya
waktu, kebajikan itu mulai tertutup oleh kekotoran batin, sehingga tidak lagi
menjadi karakternya.
Walaupun
masih ada namun jarang bisa digunakan dalam kehidupan keseharian.
Orang bajik memang sudah sulit ditemukan lagi.
Orang bajik memang sudah sulit ditemukan lagi.
Seiring
menipisnya kebajikan di dalam diri kita, maka sifat bijak kita sulit
dimunculkan. Tak heran, kemudian kita menjadi pribadi yang begitu suka menghakimi orang
lain. Kita
lebih sibuk mengurusi orang lain dan menjadi hakim yang sangat hebat bagi orang
lain. Sampai-sampai lupa dengan keadaan diri sendiri yang sesungguhnya tak beda
dengan orang yang sedang dihakimi.
Malahan
terkadang lebih buruk lagi, tetapi kita tidak menyadari dan terus berusaha
menjadi hakim dalam kebanggaan.
Bila
saja, kita sejenak sadar dan mau menjadi bajik, pasti kita akan menjadi malu
sendiri karena sesungguhnya yang lebih layak untuk dihakimi adalah diri kita
sendiri.
Menghakimi
orang lain, tak ada gunanya sama sekali. Selain menyakiti perasaan orang lain,
dapat pula menyakiti nurani sendiri.
Jadi, sangatlah bijak bila dikatakan, “Jadilah bajik, maka engkau akan menjadi bijak, sehingga tak lagi berselera menghakimi orang lain!”
Sepertinya kalimat diatas sangat cocok bagi saya yang sok bijak dan masih jadi bajingan ini.
Baca : Kompasiana :
OPINI
| 21 March 2011