Post
By : Azhar Maulana
Seorang
pria dan kekasihnya menikah dan acaranya pernikahannya sungguh megah. Semua kawan-kawan
dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia
tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan.
Mempelai
wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalam tuxedo hitam
yang gagah. Setiap pasang mata
yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.
Beberapa
bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, “Sayang, aku baru membaca
sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan” katanya
sambil menyodorkan majalah tersebut. “Masing-masing kita akan mencatat hal-hal
yang kurang kita sukai dari pasangan kita.
Kemudian,
kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup
pernikahan kita bersama lebih bahagia…”
Suaminya
setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka
sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal
yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikkan mereka bersama. Malam itu
mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak
mereka masing-masing.
Besok
pagi ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya. “Aku akan mulai duluan ya”,
kata sang istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya,
sekitar 3 halaman…
Ketika
ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia
memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai mengalir…
“Maaf,
apakah aku harus berhenti ?” tanyanya.
“Oh
tidak, lanjutkan…” jawab suaminya.
Lalu
sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat
kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia.
“Sekarang
gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu”.
Dengan
suara perlahan suaminya berkata “Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku
berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau
adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku. Tidak satupun dari pribadimu
yang kudapatkan kurang…”
Sang
istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati
suaminya. Bahwa suaminya menerimanya apa adanya… Ia menunduk dan menangis…
Dalam
hidup ini, banyak kali kita merasa dikecewakan, depressi, dan sakit hati. Sesungguhnya
tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut.
Hidup
ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan. Mengapa harus
menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan menyakitkan
jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah di sekeliling kita?
Saya
percaya kita akan menjadi orang yang berbahagia jika kita mampu melihat dan
bersyukur untuk hal-hal yang baik dan mencoba melupakan yang buruk.
Kita bukanlah orang tanpa
kekurangan, begitu pula dengan pasangan kita,kita tidak bisa membentuknya menjadi
sosok tanpa cacat.. kita ingin menerima setiap orang dalam hidup kita dengan
segala kekurangannya sebagaimana mereka menerima kita dalam hidup mereka…
Masa
lalu adalah untuk dilupakan, tidak ada kendaraan secanggih apapun yang mampu
membawa kita kembali kesana, jadi untuk apa mengungkitnya lagi? syukuri yang
anda peroleh sekarang… lupakan yang telah lewat.. dan berbahagialah..