Start By Reading

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang". الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ "Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam". الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ "Maha Pemurah lagi Maha Penyayang". مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ "Yang menguasai di Hari Pembalasan". إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ "Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan". اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ "Tunjukilah kami jalan yang lurus", صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ "(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat".
Tuesday, December 11, 2012

JALA KESEDIHAN

0 comments


pict by : http://ompuraka.blogspot.com/

JALA KESEDIHAN

Hampir tidak ada satu manusia-pun di dunia ini (! Dalam batasan umur) yang lewat dari jebakan kesedihan. Di masa kanak-kanak, sangat rentan terhadap apa yang namanya sedih. Barangkali polemik yang terjadi di lingkungan keluarga, misalnya di tinggal pergi oleh kedua orang tuanya, dimarahi oleh saudara-saudaranya. Pun, saat ia bermain dengan teman sebayanya, semisal habis berantem, di rebut jajannya, hilang uang belanjaannya dan lain-lain.

Dari kalangan remaja, sedihnya mereka rata-rata disebabkan oleh kisah asmara yang kian tak berhujung. Sementara dikalangan orang dewasa (orang tua), kesedihan itu mereka rasakan di saat yang tidak kalah dari apa yang anak-anak atau pun remaja rasakan. Misalnya, jauh dari anak-anaknya, ditinggal pergi oleh suaminya, dan masih banyak lagi kiprah sedih yang merayu manusia.


Sebagai manusia normal, pada moment-moment tertentu kesedihan memang tidak dapat kita hindari dan seseorang terpaksa harus bersedih karena suatu kenyataan. Oleh karena itu, ketika seorang hamba ditimpa kesedihan hendaknya ia senantiasa melawannya dengan pelbagai cara yang ia mumpuni walaupun ia harus melalui proses dan perjalanan waktu yang ia sesuaikan hingga ia mampu melewati kesedihan tersebut. Kaum muslimin, seyogyanya menjadikan doa-doa dan sarana-sarana lain yang disyariatkan dan yang memungkinkan untuk mengusirnya.

pict by : http://ompuraka.blogspot.com/
Awalnya kesedihan itu adalah hal yang lumrah, normalitas sebagai manusia yang memiliki kelengkapan rasa menjadikan kesedihan itu adalah hal yang positif, bukan justru sesuatu yang disikapi secara skeptis, contohnya yaitu kesedihan yang telah terjadi yang disebabkan oleh ketidak mampuan menjalankan suatu ketaatan atau dikarenakan tersungkur dalam jurang kemaksiatan. Dan kesedihan seorang hamba yang disebabkan oleh kesadaran bahwa kedekatan dan ketaatan dirinya kepada Allah sangat kurang. Maka, hal itu menandakan bahwa hatinya hidup dan terbuka untuk menerima hidayah dan cahaya-Nya.

Apa itu sedih?
Sedih adalah salah salah satu ekspresi emosional yang timbul apabila seseorang dihadapkan dengan keadaan yang mengecewakan, menggelisahkan atau muncul sebagai akibat penderitaan karena luka, sakit, derita atau ngeri. Ia juga dapat didefinisikan sebagai perasaan duka cita dengan apa yang berlaku dalam kehidupan yang berkemungkinan sesuatu yang menghalang kehendak dan keinginan diri serta sesuatu yang buruk yang tidak pernah dipinta berlaku dalam keadaan yang tidak bersedia.

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis.” (QS. An-Najm: 43).

Ikrimah Rahimahullah berkata, “Tidak seorangpun, kecuali mangalami senang dan sedih. Akan tetapi, buatlah kesenangan menjadi syukur dan kesedihan menjadi sabar.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam senantiasa memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala dari kesedihan. Do’a beliau adalah, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesusahan dan kesedihan, kelemahan dan kemalasan, sifat kikir dan pengecut, lilitan hutang, dan dikuasai orang lain.” (HR. al-Bukhari no. 2736).

pict by : http://ompuraka.blogspot.com/
Sebagai seorang muslim tidak semestinya larut dalam jebakan kesedihan terlalu lama. Karenanya akan berimbas dan mempengaruhi sendi aktifitas kehidupan lainnya. Oleh karena itu, Islam telah mengkolaborasikan Al-Qur’an dan sunnah-sunnah Rasulullah yang dapat kita jadikan obat sekaligus antibody guna mengatasi yang namanya kesedihan.

1. Beriman dan beramal shalih

Sebab terbesar dan paling mendasar untuk menggapai kebahagiaan hidup adalah beriman dan beramal shalih. Allah Ta’ala berfirman,

“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97).

2. Memperbanyak dzikir kepada Allah

Dzikir memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam melapangkan dan memberikan ketentraman di dalam dada, serta menghilangkan kesedihan dan kegundahan. Sebagaimana firman Allah,

“Ketahuilah, hanya dalam berdzikir kepada Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).

3. Menyibukkan diri dalam kegiatan yang positif

”Bunuhlah setiap waktu kosong dengan ‘pisau’ kesibukan! Dengan cara itu, dokter-dokter dunia akan berani menjamin bahwa Anda telah mencapai 50% dari kebahagiaan. Lihatlah para petani, nelayan, dan para kuli bangunan! Mereka dengan ceria mendendangkan lagu-lagu seperti burung-burung di alam bebas. Mereka tidak seperti Anda yang tidur di atas ranjang empuk, tetapi selalu gelisah dan menyeka air mata kesedihan” (Al-Qarni, 2006: 15)


4. Jadilah Orang Yang Bermanfaat Untuk Orang Lain


Bukankah Nabi r telah memberitahu kita bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain? Beliau telah berkata benar, karena beliau adalah Ash-Shadiqul Mashduq (yang berkata benar dan yang dibenarkan).
“Kebutuhan orang lain kepada diri Anda adalah sebuah nikmat, maka jangan pernah bosan menghadapinya, karena bisa berakibat berbalik menjadi bencana. Ketahuilah, bahwa yang terbaik dari hari-hari Anda adalah ketika Anda menjadi tujuan, dan bukan Anda yang menuju orang lain” (Al-Qarni, 2006: 531)


5. Menyikapi Masa Lalu, Masa Kini, Dan Masa Depan
pict by : http://ompuraka.blogspot.com/
Dalam benak kita, selalu terbayang tentang tiga fase kehidupan, yaitu masa lalu, masa kini, dan masa mendatang. Menyikapi fase-fase itu merupakan kemampuan yang layak untuk dimiliki bagi orang yang ingin bahagia.

“Jika Anda harus mengingat masa lalu, maka ingatlah masa lalumu yang indah agar Anda gembira. Jika Anda mengingat hari ini, maka ingatlah apa yang telah Anda hasilkan, pasti Anda akan merasa gembira. Dan jika Anda melihat hari esok, maka ingatlah mimpi-mimpi Anda yang indah agar Anda optimis” (Al-Qarni, 2006: 550)

Semoga Allah senantiasa menitahkan KETEGARAN di hati kita masing-masing. Karena kita yakin bahwasanya  Allah Maha Melihat, Mendengar, Maha Pemurah, Maha Penyayang Dan Maha Mengetahui Segala Sesuatu.

Tidak ada Air Mata yang Percuma di Dunia ini, Kecuali Air Mata Tangisan karena Allah



 


Leave a Reply

DisClaimer Notes: Jika di Blog kami ditemukan kesengajaan dan atau tidak sengaja menyakiti siapa pun dan dalam hal apapun termasuk di antaranya menCopas Hak Cipta berupa Gambar, Foto, Artikel, Video, Iklan dan lain-lain, begitu pula sebaliknya. Kami mohon agar melayangkan penyampaian teguran, saran, kritik dan lain-lain. Kirim ke e-mail kami :
♥ amiodo@ymail.com atau ♥ adithabdillah@gmail.com