Tong Kosong itu Rumahnya Politikus dan
Demontikus
Satu dari sekian banyak rubrik yang
dikumpulkan oleh penulis dalam mengkancahi dunia politik kontemporer (masa kini),
antara lain :
*Lirik
lagu SLANK, Tong Kosong
Sedikit ngerti ngaku udah paham Kerja sedikit maunya kelihatan Otak masih
kaya 'TK, Kok ngakunya Sarjana
Ngomong-ngomongin orang Kaya udah jagoan...
Chorus: Tonk
kosong nyaring bunyinya Klentang-klentong kosong
banyak bicara Oceh sana-sini ngak ada isi Otak udang ngomongnya sembarang
Hak manusia ingin bicara Hak manusia ingin bernyanyi Kalau
sumbang janganlah didengarkan Kalau merdu ikutlah
bernyanyi
Jangan ngelarang-larang Jangan banyak komentar Apalagi menghina
Tonk kosong nyaring bunyinya Klentang-klentong kosong banyak bicara Oceh
sana-sini ngak ada isi Otak udang ngomongnya sembarang
Terserah mereka kalian atau saya Asal nggak ngelanggar hukum Biarkan saja Tong-tong kosong mending pada diam Biar
dunia tentukan pilihan
Yang mana yang benar ....Yang mana yang baik ...Dari pada elo
jadi ....
Tonk kosong nyaring bunyinya Klentang-klentong kosong banyak bicara Oceh
sana-sini ngak ada isi Otak udang ngomongnya
sembarang
aaaa aaaa aaaa aaaa aaaa aaaa aaaa
aaaa
Jiahhhhh…. Tong Kosong ^_^
Siapa bilang semua tong itu kosong, saya
yakin di antara tong-tong itu ada tikus yang mengendap. Lirik lagu di atas
adalah buktinya. Seorang politikus (jamak: politisi) adalah seorang yang terlibat dalam politik,
dan kadang juga termasuk para ahli politik. Politikus
juga termasuk figur politik yang ikut
serta dalam pemerintahan.
Dalam demokrasi
Barat, istilah ini biasa terbatas kepada mereka yang menjabat atau sedang
mencoba mendapatkannya daripada digunakan untuk merujuk kepada para ahli yang
dipekerjakan oleh orang-orang yang tersebut di atas. Perbedaan seperti ini
tidak begitu jelas jika kita berbicara tentang pemerintahan yang
non-demokratis.
Sementara Demontikus adalah Orang-orang yang
melakukan Demonstrasi atau ahli’nya demonstrasi. Di mana demonstrasi ("demo")
itu sendiri adalah sebuah gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk
rasa biasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau
penentang kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan
sebagai sebuah upaya penekanan secara politik
oleh kepentingan kelompok. Unjuk rasa umumnya
dilakukan oleh kelompok mahasiswa yang menentang kebijakan pemerintah,
atau para buruh
yang tidak puas dengan perlakuan majikannya. Namun unjuk
rasa juga dilakukan oleh kelompok-kelompok lainnya dengan tujuan lainnya.
Unjuk rasa kadang dapat menyebabkan
pengrusakan terhadap benda-benda. Hal ini dapat terjadi akibat keinginan
menunjukkan pendapat para pengunjuk rasa yang berlebihan.
Sengaja ataupun tidak, susah ataupun tidak ,
suka ataupun tidak, upaya-upaya yang mereka lakukan demi membangun rumah ini. Tidak
tanggung-tanggung, untuk membagun rumah ini mereka habiskan biaya jutaan bahkan
miliaran nilainya. Jadi tidak berlebihan jika kedua oknum ini memang tinggal
bersama di sebuah rumah yang bernama tong kosong yang terkenal dengan suaranya yang nyaring
bendering.
Saat musim pemilu misalnya, Seorang Politikus
keren, berjas, bahkan bersorban (awww), demi menduduki jabatan politiknya, ia
rela mengorbankan apapun. Termasuk kehormatan bahkan agama dan atau
keyakinannya sendiri. Di mana-mana politik uang adalah kantong celana yang ia
kenakan setiap hari. Sehingga di saat ia menemukan celah guna meng-golkan
gagasan politiknya, ia tinggal masukkan tangan di kantongnya, dan meregok
recehan merah yang berlipat-lipat. Setelah itu, ia mengeluarkan beberapa bait janji-janji
politik dengan cukup lantang tapi sangat meyakinkan. (Waduh…!!!) Ternyata tidak
di sangka uang yang dulu pernah ia sedekahkan (versinya) ternyata “ngarepin”
imbalan yang berlipat. Pun, ternyata janji manis ia sempat lontarkan hanya teori
dan konsep murahan yang kapan saja bisa ia order (hummmm).
Sejurus dan searah tetap dibarengi dengan apa
yang namanya kontras politik, warnanya adalah konflik, ketidaksepahaman, pemberontakan,
aksi/unjuk rasa. Nah, ini yang tadi disebut “demonstrasi” yang dilakukan oleh
oknum yang bernama Demontikus (wkwkwkwk).
Aksi Unjuk Rasa/Demonstrasi, menolak
kebijakan-kebijakan, menggugat pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh dari
politikus (penguasa). Pada saatnya dilakukan dengan aksi damai, meneriaki
aspirasi-aspirasi beragam warna, rupa dan wajah, menebarkan aroma keganasan di
sepanjang jalur serta protokol-protokol di jalanan. Apa yang mereka dapatkan? Ada
“nggak” respon positif dari para politikus-politikus (penguasa) yang mereka
teriaki tadi? (Ah.. Pareh Baeq). Yang ada tenggorokan kering, berujung batuk
berdahak (Pis ^_^), pulang dengan tangan hampa (kaciand).
Baiklah Kawan-kawan Politikus dan Demontikus,
penulis tidak mau berbelit-belit terlalu jauh. Sekedar mengingatkan saja. “silahkan
anda-anda mendiami rumah “tong kosong” yang anda bangun kemudian berbuat
semena-mena di muka bumi ini. Tapi ingatlah..!! Bahwa Mata Anda, Telinga Anda,
Mulut anda dan tangan-tangan anda semuanya akan dimintakan pertanggung
jawabannya”.
Kutipan :
“Sy mau Demo dulu dech,
Demo masak........
Menu'nya ; Sup Mobil Dinas seharga 17,6
M Rupiah,
Gorengan Paku sepanjang 1000 M, Sambal
"Anarkis" yg pedas bgt......
Ayo ada yg mau nyobain hasilnya.....?”