Penegakkan Syariat Islam
bukan seperti ajaran para sufi, berzikir ribuan kali lalu berkhayal semua
terjadi dengan sendirinya. Syariat Islam tegak butuh pengorbanan, tetesan
darah dan keringat. Syariat Islam ditegakkan juga bukan oleh orang-orang yang
masih bergelut dengan kebidahan dan rusaknya aqidah. Dia lahir dari
kristalisasi tauhid dalam jiwa seseorang, lalu orang itu berjuang dan berkorban
dengan jiwanya untuk membuktikan ucapannya.
“Kata-kata itu, bisa mati,” tulis Sayyid Qutb, “Kata-kata
juga akan menjadi beku, meskipun ditulis dengan lirik yang indah atau semangat.
Kata-kata akan menjadi seperti itu bila tidak muncul dari hati orang yang kuat
meyakini apa yang dikatakannya. Dan seseorang mustahil memiliki keyakinan kuat
terhadap apa yang dikatakannya, kecuali jika ia menerjemahkan apa yang ia
katakan dalam dirinya sendiri, lalu menjadi visualisasi nyata apa yang ia
katakan.” lanjut Sayyid Qutb dalam karya monumentalnya Fii Zilaalil
Qur’aan.
Ini adalah sunatullah
perjuangan dari berbagai macam idelogi dan keyakinan. Apalagi dalam
memperjuangkan Islam yang dijadikan musuh bersama oleh seluruh manusia dari
para pengaku Islam, kafir dan zindiq. Ini adalah jalan para Rasul yang ditapaki
lagi oleh para penyeru tauhid, yaitu jalan ketika kerusakan besar datang
maka Allah hendak menyempurnakan DienNya dengan menguji hambaNya itu
benar-benar yakin dengan apa yang telah tertananam di dalam dada mereka.
Hadist Abdillah bin
Amr bin Al-Ash Radhiyallahu ‘anhu beliau berkata : Telah bersabda Rasulullah
pada suatu hari dan kami bersama beliau. “Artinya : Beruntunglah orang-orang
yang asing (Al-Ghuraba) ditanya Rasulullah siapakah Al-Ghuraba itu ? Beliau
menjawab orang-orang shalih diantara banyaknya orang-orang yang buruk, orang
yang menyelisihi mereka lebih banyak daripada mentaatinya” [Hadits Shahih dan
banyak jalan periwayatannya sebagaimana telah dijelaskan dalam kitab Thubaa
Lilghuraba (3): oleh syaikh salim al hilaly]
Jadi bila ada pejuang syariat Islam itu
dimusuhi ,dibunuh dan dipenjara karena keyakinannya adalah suatu hal yang
lumrah dan wajar. Karena segala hal apa yang menimpa mereka sebenarnya sudah
menimpa orang-orang terdahulu. Bahkan sampai-sampai mereka mengadu kepada
Rasulullah SAW karena begitu kerasnya siksaan yang ditimpakan kepada mereka
oleh orang-orang kafir dan jahiliyyah.
Khabbab Ibnul Aratt Radliallahu ‘anhu
berkata: Kami mengadu kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam sedang beliau
berbantal dengan kainnya di naungan Ka’bah, kami berkata kepadanya: Apa engkau
tidak meminta pertolongan buat kami? Apa engkau tidak berdoa kepada Allah buat
kami? Maka beliau berkata: “Adalah seorang dari umat sebelum kalian
dibuatkan lobang baginya di tanah kemudian dia dimasukkan ke dalamnya, terus
didatangkan gergaji kemudian diletakkan di atas kepalanya dan dibelah menjadi
dua namun hal itu tidak menghalangi dia dari agamanya. Dan dia dicabik-cabik
daging dan tulangnya dengan alat pencabik besi namun hal itu tidak menghalangi
dia dari agamanya. Demi Allah sungguh Dia akan menyempurnakan urusan (agama)
ini sampai pengendara berjalan dari Shan’a ke Hadralmaut tidak takut kecuali
kepada Allah atau srigala terhadap kambing-kambingnya, akan tetapi kalian ini
tergesa-gesa.” [HR
Al Bukhari no 3612]
So, bila kita sudah berazzam berdiri
bersama para singa tauhid, berjalan bersama para penyeru syariat Islam dan
sudah berjanji setiap hidup dan mati hanya untuk Allah, jalani apa yang kita
yakini walau cobaan datang bertubi-tubi menguncang semua sendi kehidupan. Ini
saatnya membuktikan apa yang kita dengung-dengungkan disaat rasa aman
menyelimuti hidup kita, saat kelapangan membuat kita terlena dan mengangap
bahwa jalan ini akan baik-baik saja. Karena bila sudah berjalan di jalan
kebenaran tidak jadi masalah kepala ini mengelinding dimana saja.
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata:
“Rabb kami adalah Allah” kemudian mereka beristiqamah, maka malaikat-malaikat
akan turun kepada mereka (dengan berkata): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah
kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah
dijanjikan kepadamu.” [Fushshilat: 30]
Wallahu A’lam
Abdullah