Dalam
perjalanan hidup ini seringkali kita merasa kecewa. Kecewa sekali. Sesuatu yang
luput dari genggaman, keinginan yang tidak tercapai, kenyataan yang tidak
sesuai harapan. Akhirnya angan ini lelah berandai-andai ria.
Pffhh…sungguh
semua itu tlah hadirkan nelangsa yang begitu menggelora dalam jiwa.
Dan
sungguh sangat beruntung andai dalam saat-saat terguncangnya jiwa masih ada
setitik cahaya dalam kalbu untuk merenungi kebenaran. Masih ada kekuatan untuk
melangkahkan kaki menuju majlis-majlis ilmu, majelis-majelis dzikir yang akan
mengantarkan pada ketentraman jiwa.
Hidup
ini ibarat belantara. Tempat kita mengejar berbagai keinginan. Dan memang
manusia diciptakan mempunyai kehendak, mempunyai keinginan. Tetapi tidak setiap
yang kita inginkan bisa terbukti, tidak setiap yang kita mau bisa tercapai. Dan
tidak mudah menyadari bahwa apa yang bukan menjadi hak kita tak perlu kita
tangisi. Banyak orang yang tidak sadar bahwa hidup ini tidak punya satu hukum:
harus sukses, harus bahagia atau harus-harus yang lain.
Betapa
banyak orang yang sukses tetapi lupa bahwa sejatinya itu semua pemberian Allah
hingga membuatnya sombong dan bertindak sewenang-wenang. Begitu juga kegagalan
sering tidak dihadapi dengan benar. Padahal dimensi tauhid dari kegagalan
adalah tidak tercapainya apa yang memang bukan hak kita.
Padahal
hakekat kegagalan adalah tidak terengkuhnya apa yang memang bukan hak kita.
Apa
yang memeng menjadi jatah kita di dunia, entah itu Rizki, jabatan, kedudukan
pasti akan Allah sampaikan.Tetapi apa yang memang bukan milik kita, ia tidak
akan kita bisa miliki, meski ia nyaris menghampiri kita, meski kita mati-matian
mengusahakannya.
Sumber; kembank
anggrek