Start By Reading

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang". الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ "Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam". الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ "Maha Pemurah lagi Maha Penyayang". مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ "Yang menguasai di Hari Pembalasan". إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ "Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan". اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ "Tunjukilah kami jalan yang lurus", صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ "(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat".
Friday, December 14, 2012

Proses kehidupan. Habis

0 comments


pict by : http://ompuraka.blogspot.com/
Proses kehidupan kita berdasarkan utak-atik ayat Al-Qur’an..
Posted by Abu BMR in Tak Berkategori and tagged with hidup dan mati, jiwa, kehidupan, nyawa, ruh


Jangan melihat perbedaan ini dari kondisi fisik ketika kematian datang, karena bisa saja mayat orang kafir terbaring nyaman dalam peti mati, tersenyum memakai jas dan dasi kupu-kupu, sebaliknya mayat orang beriman dalam kondisi hancur-lebur di medan perang dengan tubuh penuh luka. Perbedaan pada saat kematian dirasakan oleh nyawa kita, bukan oleh jasad. Ini adalah sesuatu yang masuk akal. 


Ketika kita hidup dan bergantian merasakan kenikmatan dan kesakitan, sesungguhnya yang merasakan adalah nyawa kita, sedangkan jasad hanyalah sebagai perantara untuk menyampaikan prosesnya. Makanan yang enak diproses melalui mulut dan kerongkongan, lalu sinyal listrik menyampaikan kenikmatannya ke otak, lalu disana diproses dan dirasakan oleh jiwa kita. Demikian pula halnya dengan rasa sakit dan kesengsaraan. Maka perbedaan ketika menjalani proses kematian antara orang kafir dan yang beriman terjadi pada nyawanya.

Alam barzakh merupakan tempat nyawa kita yang sudah terpisah dari jasad, tidak bisa berbuat apa-apa, tidak ada lagi kesempatan untuk menghapus dosa atau sebaliknya mengerjakan dosa baru. Pekerjaan kita hanyalah menunggu sambil diperlihatkan gambaran nasib kita untuk fase berikutnya. Bagi calon penghuni surga, Allah akan ‘memutarkan film’ tentang kehidupan surga.

pict by : http://ompuraka.blogspot.com/
Manusia akan menontonnya dengan penuh kebahagiaan sehingga tidak terasa waktu berlalu, ibarat kita menonton film yang bagus atau pertandingan sepakbola yang seru, tahu-tahu waktunya sudah selesai, ini dinamakan nikmat kubur. Sebaliknya bagi yang bernasib sial menjadi penghuni neraka, maka diputarkan juga film bakal tempatnya kelak. Manusia akan menderita menonton film tersebut sepanjang waktunya di alam kubur, maka itu dinamakan azab kubur. Al-Qur’an menginformasikan ini dengan jelas pada surat Ghaafir 46, bercerita tentang nasib Fir’aun dialam kuburnya ‘diperlihatkan neraka pagi dan petang’.

Eeiit..tunggu dulu…, ternyata kita masih bisa ‘merubah nasib’ ketika sudah berada dialam barzakh. Rasulullah menceritakan hadits tentang seorang yang berdosa dan disiksa di neraka, menderita karena terus-terusan dipertontonkan alam neraka tempat dia kelak berada. 

Pada suatu ketika malaikat yang bertugas mendadak berhenti memutar film soal neraka, layar ditutup, lalu malah dibuka layar baru yang menyajikan suasana surga. Orang yang berdosa ini heran bertanya :”Mengapa filmnya diganti..??”. malaikat lalu menjawab :”Barusan anakmu yang saleh karena hasil didikanmu selama hidup di dunia telah berdo’a, dia memohonkan agar Allah mengampuni segala dosa-dosamu, lalu Allah mengabulkan do’anya. Maka mulai sekarang kamu sudah berubah status dari calon penghuni neraka menjadi ahli surga. Jadi silahkan nikmati sajian kami..”. Rasulullah memberitakan bahwa nasib kita dialam kubur bisa dirobah berdasarkan 3 hal : (1) Do’a dari anak kita yang saleh (2) harta yang telah diwaqafkan dan masih menghasilkan manfaat bagi manusia (3) Ilmu yang kita sebarkan dan ajarkan sehingga masih menghasilkan kebaikan bagi semua orang. Ketiga hal tersebut jangan dianggap enteng karena sangat menentukan nasib kita di alam kubur nantinya.

Selesai menjalani masa penantian di alam barzakh, tibalah saatnya kita dibangkitkan, hidup kembali. Artinya nyawa kita dipersatukan lagi dengan jasad. Proses ini menjadi pertanyaan besar bagi orang-orang yang tidak percaya, manusia yang hanya mengukur sesuatu dari fakta empiris dan materi, sehingga Al-Qur’an menggambarkan bagaimana keheranan mereka :

Dan berkata manusia: “Betulkah apabila aku telah mati, bahwa aku sungguh-sungguh akan dibangkitkan menjadi hidup kembali?” (Maryam: 66)
Apakah apabila kami telah mati dan telah menjadi tanah serta menjadi tulang belulang, apakah benar-benar kami akan dibangkitkan (kembali)? (As-Saaffaat: 16)

Dan mereka berkata: “Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?” (Al-Israa: 49)

Untuk pertanyaan ini, Allah punya jawaban yang tidak bisa ditolak oleh akal sehat kita :
Dan Sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan yang pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran (untuk penciptaan yang kedua)? (Al-Waaqia: 62)

Maka mereka akan bertanya: “Siapa yang akan menghidupkan kami kembali?” Katakanlah: “Yang telah menciptakan kamu pada kali yang pertama”. Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata: “Kapan itu (akan terjadi)?” Katakanlah: “Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat”, (Al-Israa: 51)

Allah seolah-olah berkata :”Kamu telah diberikan bukti tentang keberadaanmu saat ini, diciptakan dari ketiadaan, lalu apa susahnya bagi-Ku untuk menciptakanmu kembali..??”. Ini adalah jawaban yang sangat logis dan disertai bukti empiris, hanya orang bodoh saja yang masih menolaknya.

Allah menjelaskan bahwa pada kehidupan yang kedua nanti, nyawa kita dipersatukan dengan jasad yang bentuknya susah untuk kita bayangkan :

Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan, untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui. (al-Waaqiah 60-61)

Al-Qur’an mengindikasikan bentuk kita kelak, bagi penghuni surga kita dipanggil Allah dengan ‘jiwa yang tenang’ :
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku. (al-Fajr 27-30)

Sesuai dengan istilah ‘nafs’ pada surat al-Maaidah 32, maka kata ‘nafs’ pada kalimat ‘nafsu al-muthma’innah’ merujuk kepada diri manusia secara utuh yang mencakup nyawa dan jasad. Istilah tersebut mungkin untuk menyatakan bagaimana bentuk manusia penghuni surga tersebut, nyawa yang telah disucikan karena sudah melewati proses penghakiman dan dinyatakan bersih dari dosa, berserta dengan jasad yang sempurna, yang telah disiapkan Allah untuk menerima segala kenikmatan surga.
Sebaliknya bagi penghuni neraka, nyawa tersebut juga dipersatukan dengan jasad yang sudah disiapkan untuk menerima penderitaan yang kekal, salah satunya ketika Allah menggambarkan tentang siksa neraka :

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An-Nisaa: 56)

pict by : http://ompuraka.blogspot.com/
Berdasarkan temuan ilmiah, kulit adalah bagian tubuh yang menampung rasa nyeri dan sakit, lalu dari sinilah sinyal-sinyal kesakitan tersebut dikirim ke otak kita sehingga jiwa kita merasakannya, dan kita kemudian mengalami penderitaan. Penghuni neraka digambarkan memiliki tubuh untuk menampung rasa sakit tersebut, jiwanya akan menderita akibat siksaan neraka.

Dari penjelasan Al-Qur’an, jelas sekali bahwa kesinambungan hidup kita bermuara kepada keberadaan roh/nyawa/jiwa, sesuatu yang diciptakan Allah untuk menjalani berbagai fase yang bermuara kepada hidup yang kekal, di surga atau neraka. Fase kehidupan kita sekarang adalah periode kesempatan untuk menentukan nasib kita sendiri, apakah kita mau mensucikan roh kita tersebut dengan menjalankan penyembahan kepada Allah, atau mengotorinya dengan melakukan sebaliknya, semuanya terserah kita..

dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (ash-shams 7-10)

Semoga Tulisan Ini Bermanfaat... Aamiin

Leave a Reply

DisClaimer Notes: Jika di Blog kami ditemukan kesengajaan dan atau tidak sengaja menyakiti siapa pun dan dalam hal apapun termasuk di antaranya menCopas Hak Cipta berupa Gambar, Foto, Artikel, Video, Iklan dan lain-lain, begitu pula sebaliknya. Kami mohon agar melayangkan penyampaian teguran, saran, kritik dan lain-lain. Kirim ke e-mail kami :
♥ amiodo@ymail.com atau ♥ adithabdillah@gmail.com