pict by : http://ompuraka.blogspot.com/ |
Proses
kehidupan kita berdasarkan utak-atik ayat Al-Qur’an..
Jangan melihat perbedaan ini dari
kondisi fisik ketika kematian datang, karena bisa saja mayat orang kafir
terbaring nyaman dalam peti mati, tersenyum memakai jas dan dasi kupu-kupu,
sebaliknya mayat orang beriman dalam kondisi hancur-lebur di medan perang
dengan tubuh penuh luka. Perbedaan pada saat kematian dirasakan oleh nyawa
kita, bukan oleh jasad. Ini adalah sesuatu yang masuk akal.
Ketika kita hidup
dan bergantian merasakan kenikmatan dan kesakitan, sesungguhnya yang merasakan
adalah nyawa kita, sedangkan jasad hanyalah sebagai perantara untuk
menyampaikan prosesnya. Makanan yang enak diproses melalui mulut dan
kerongkongan, lalu sinyal listrik menyampaikan kenikmatannya ke otak, lalu
disana diproses dan dirasakan oleh jiwa kita. Demikian pula halnya dengan rasa
sakit dan kesengsaraan. Maka perbedaan ketika menjalani proses kematian antara
orang kafir dan yang beriman terjadi pada nyawanya.
Alam barzakh merupakan tempat nyawa
kita yang sudah terpisah dari jasad, tidak bisa berbuat apa-apa, tidak ada lagi
kesempatan untuk menghapus dosa atau sebaliknya mengerjakan dosa baru.
Pekerjaan kita hanyalah menunggu sambil diperlihatkan gambaran nasib kita untuk
fase berikutnya. Bagi calon penghuni surga, Allah akan ‘memutarkan film’
tentang kehidupan surga.
pict by : http://ompuraka.blogspot.com/ |
Manusia akan menontonnya dengan penuh kebahagiaan
sehingga tidak terasa waktu berlalu, ibarat kita menonton film yang bagus atau
pertandingan sepakbola yang seru, tahu-tahu waktunya sudah selesai, ini
dinamakan nikmat kubur. Sebaliknya bagi yang bernasib sial menjadi penghuni
neraka, maka diputarkan juga film bakal tempatnya kelak. Manusia akan menderita
menonton film tersebut sepanjang waktunya di alam kubur, maka itu dinamakan
azab kubur. Al-Qur’an menginformasikan ini dengan jelas pada surat Ghaafir 46, bercerita
tentang nasib Fir’aun dialam kuburnya ‘diperlihatkan neraka pagi dan petang’.
Eeiit..tunggu dulu…, ternyata kita
masih bisa ‘merubah nasib’ ketika sudah berada dialam barzakh. Rasulullah
menceritakan hadits tentang seorang yang berdosa dan disiksa di neraka,
menderita karena terus-terusan dipertontonkan alam neraka tempat dia kelak berada.
Pada suatu ketika malaikat yang bertugas mendadak berhenti memutar film soal
neraka, layar ditutup, lalu malah dibuka layar baru yang menyajikan suasana
surga. Orang yang berdosa ini heran bertanya :”Mengapa filmnya diganti..??”.
malaikat lalu menjawab :”Barusan anakmu yang saleh karena hasil didikanmu
selama hidup di dunia telah berdo’a, dia memohonkan agar Allah mengampuni
segala dosa-dosamu, lalu Allah mengabulkan do’anya. Maka mulai sekarang kamu
sudah berubah status dari calon penghuni neraka menjadi ahli surga. Jadi
silahkan nikmati sajian kami..”. Rasulullah memberitakan bahwa nasib kita
dialam kubur bisa dirobah berdasarkan 3 hal : (1) Do’a dari anak kita yang
saleh (2) harta yang telah diwaqafkan dan masih menghasilkan manfaat bagi
manusia (3) Ilmu yang kita sebarkan dan ajarkan sehingga masih menghasilkan
kebaikan bagi semua orang. Ketiga hal tersebut jangan dianggap enteng karena
sangat menentukan nasib kita di alam kubur nantinya.
Selesai menjalani masa penantian di
alam barzakh, tibalah saatnya kita dibangkitkan, hidup kembali. Artinya nyawa
kita dipersatukan lagi dengan jasad. Proses ini menjadi pertanyaan besar bagi
orang-orang yang tidak percaya, manusia yang hanya mengukur sesuatu dari fakta
empiris dan materi, sehingga Al-Qur’an menggambarkan bagaimana keheranan mereka
:
Dan berkata manusia: “Betulkah apabila
aku telah mati, bahwa aku sungguh-sungguh akan dibangkitkan menjadi hidup
kembali?” (Maryam: 66)
Apakah apabila kami telah mati dan
telah menjadi tanah serta menjadi tulang belulang, apakah benar-benar kami akan
dibangkitkan (kembali)? (As-Saaffaat: 16)
Dan mereka berkata: “Apakah bila kami
telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah
kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?” (Al-Israa:
49)
Untuk pertanyaan ini, Allah punya
jawaban yang tidak bisa ditolak oleh akal sehat kita :
Dan Sesungguhnya kamu telah mengetahui
penciptaan yang pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran (untuk
penciptaan yang kedua)? (Al-Waaqia: 62)
Maka mereka akan bertanya: “Siapa yang
akan menghidupkan kami kembali?” Katakanlah: “Yang telah menciptakan kamu pada
kali yang pertama”. Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka
kepadamu dan berkata: “Kapan itu (akan terjadi)?” Katakanlah: “Mudah-mudahan
waktu berbangkit itu dekat”, (Al-Israa: 51)
Allah seolah-olah berkata :”Kamu telah
diberikan bukti tentang keberadaanmu saat ini, diciptakan dari ketiadaan, lalu
apa susahnya bagi-Ku untuk menciptakanmu kembali..??”. Ini adalah jawaban yang
sangat logis dan disertai bukti empiris, hanya orang bodoh saja yang masih
menolaknya.
Allah menjelaskan bahwa pada kehidupan
yang kedua nanti, nyawa kita dipersatukan dengan jasad yang bentuknya susah
untuk kita bayangkan :
Kami telah menentukan kematian di
antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan, untuk
menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan
menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui. (al-Waaqiah
60-61)
Al-Qur’an mengindikasikan bentuk kita
kelak, bagi penghuni surga kita dipanggil Allah dengan ‘jiwa yang tenang’ :
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah
kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam
jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku. (al-Fajr
27-30)
Sesuai dengan istilah ‘nafs’ pada surat
al-Maaidah 32, maka kata ‘nafs’
pada kalimat ‘nafsu
al-muthma’innah’ merujuk kepada diri manusia secara utuh yang
mencakup nyawa dan jasad. Istilah tersebut mungkin untuk menyatakan bagaimana bentuk
manusia penghuni surga tersebut, nyawa yang telah disucikan karena sudah
melewati proses penghakiman dan dinyatakan bersih dari dosa, berserta dengan
jasad yang sempurna, yang telah disiapkan Allah untuk menerima segala
kenikmatan surga.
Sebaliknya bagi penghuni neraka, nyawa
tersebut juga dipersatukan dengan jasad yang sudah disiapkan untuk menerima
penderitaan yang kekal, salah satunya ketika Allah menggambarkan tentang siksa
neraka :
Sesungguhnya orang-orang yang kafir
kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap
kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain,
supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (An-Nisaa: 56)
pict by : http://ompuraka.blogspot.com/ |
Berdasarkan temuan ilmiah, kulit adalah
bagian tubuh yang menampung rasa nyeri dan sakit, lalu dari sinilah
sinyal-sinyal kesakitan tersebut dikirim ke otak kita sehingga jiwa kita
merasakannya, dan kita kemudian mengalami penderitaan. Penghuni neraka
digambarkan memiliki tubuh untuk menampung rasa sakit tersebut, jiwanya akan
menderita akibat siksaan neraka.
Dari penjelasan Al-Qur’an, jelas
sekali bahwa kesinambungan hidup kita bermuara kepada keberadaan
roh/nyawa/jiwa, sesuatu yang diciptakan Allah untuk menjalani berbagai fase
yang bermuara kepada hidup yang kekal, di surga atau neraka. Fase kehidupan
kita sekarang adalah periode kesempatan untuk menentukan nasib kita sendiri,
apakah kita mau mensucikan roh kita tersebut dengan menjalankan penyembahan
kepada Allah, atau mengotorinya dengan melakukan sebaliknya, semuanya terserah
kita..
dan jiwa serta penyempurnaannya
(ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya. sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (ash-shams
7-10)
Semoga Tulisan Ini Bermanfaat... Aamiin