Cendikiawan muslim, Nurcholis Madjid (Cak
Nur) dulu pernah membuat jargon 'Islam Yes, Partai Islam No'. Menurut
peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Adjie Al faraby, jargon ini
kini menjadi kenyataan.
"Ada tantangan kini untuk partai islam yaitu perubahan kultural masyarakat. Jargon Cak Nur 'Islam yes partai islam no' sekarang sudah jadi fakta politik," jelasnya dalam diskusi Polemik 'Suara Partai Islam Melorot' yang digelar Sindoradio di restoran Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (20/10/12).
Namun Adjie mengatakan masih ada peluang bagi partai islam untuk meraih suara. Menurut hasil penelitiannya masih ada sekitar 25-30 persen massa yang loyal terhadap partai islam.
"Masih ada peluang untuk partai islam. Marketnya sekitar 25 sampai 30 persen tergantung partai islam mana yang bisa mengambil market ini," lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, ketua DPP PKS, Sohibul Imam menyanggah peryataan peneliti LSI tersebut.
Menurutnya jargon Cak Nur itu dulu muncul ketika partai islam lebih mengedepankan simbol ketimbang substansi islam sendiri. Politisi PKS ini berpandangan kurang relevan jika jargon tersebut dikatakan terjadi hari ini.
"Jargon itu akan hilang (hari ini) jika partai islam dapat memunculkan substansi (islam). Kemerosotan ini krn faktor ini. Perilaku tidak baik oleh partai islam akan lebih direspon ketimbang partai biasa. Ini memang konsekuensi," tambahnya.--detikNews.com--
(gah/gah)
"Ada tantangan kini untuk partai islam yaitu perubahan kultural masyarakat. Jargon Cak Nur 'Islam yes partai islam no' sekarang sudah jadi fakta politik," jelasnya dalam diskusi Polemik 'Suara Partai Islam Melorot' yang digelar Sindoradio di restoran Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (20/10/12).
Namun Adjie mengatakan masih ada peluang bagi partai islam untuk meraih suara. Menurut hasil penelitiannya masih ada sekitar 25-30 persen massa yang loyal terhadap partai islam.
"Masih ada peluang untuk partai islam. Marketnya sekitar 25 sampai 30 persen tergantung partai islam mana yang bisa mengambil market ini," lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, ketua DPP PKS, Sohibul Imam menyanggah peryataan peneliti LSI tersebut.
Menurutnya jargon Cak Nur itu dulu muncul ketika partai islam lebih mengedepankan simbol ketimbang substansi islam sendiri. Politisi PKS ini berpandangan kurang relevan jika jargon tersebut dikatakan terjadi hari ini.
"Jargon itu akan hilang (hari ini) jika partai islam dapat memunculkan substansi (islam). Kemerosotan ini krn faktor ini. Perilaku tidak baik oleh partai islam akan lebih direspon ketimbang partai biasa. Ini memang konsekuensi," tambahnya.--detikNews.com--
(gah/gah)