Selalu ada hal yang tidak sempat tersampaikan dalam setiap pemaparan kisah perjalanan seseorang ke suatu tempat yang di inginkan atau bahkan tempat yang amat jarang di idam-idamkan oleh orang kebanyakan. Yang tak-tersampaikan itulah yang MuslimDailydapatkan dari kisah perjalanan Syauqi M. Rabbani, relawan Rumah Zakat yang menghabiskan akhir tahun 2012 di negara yang dikenal penuh konflik, Palestina. Dalam acara bertajuk My Gaza Story, anggota gerakan Indonesia Tanpa JIL ini membagi rekam jejak kemenangan Palestina pada agresi militer Israel, November 2012 lalu.
Di sela-sela acara tersebut Syauqi menceritakan pengalaman kesehariannya di Palestina kepada MuslimDaily. Perjalanan yang berlangsung selama empat minggu ini dihabiskan lebih banyak bersama para penghafal Al Quran di Masjid Jami’atul Abrar. Masjid ini dibom oleh Israel tapi masih ada beberapa ruangan yang tersisa dan masih dapat ditinggali.
Oleh-oleh berharga yang dibawanya ke Indonesia salah satunya adalah semangat menghafal Al Quran yang dicontohkan pemuda Palestina di sana. “Mereka mengajari saya bagaimana cara menghafal Al Quran dengan mudah. Saya praktekkan di sini, dan ternyata bisa.” Ujarnya. “Sebelum tidur kita membaca halaman atau ayat yang sedang dihafal selama 10 kali. Tilawah ini dilakukan benar-benar jelang tidur yang tidak ada aktivitas lain sesudah itu. Pada pembacaan 10 kali ini bacaan kita harus benar-benar lancar dan tidak boleh ada kesalahan tajwid di dalamnya. Pada pembacaan yang ke 10 kita baca per-ayat beserta artinya. Pada tahap ini kita harus sampai paham makna dan maksud ayat yang kita hafal. Betul-betul harus masuk ke kepala kita cerita yang sedang kita hafal.
Setelah itu kita tidur. Keesokan paginya kita bangun sebelum subuh. Setelah Qiyamu Lail barulah kita menghafal ayat-ayat yang sudah dibaca 10 kali sebelum tidur tadi. Sebelum subuh kita harus sudah hafal ayat tersebut. Pada bagian ini pentargetan dilakukan. Jika tidak ada target, biasanya kita suka berleha dalam menghafal Al Quran. Setelah shalat subuh kita murajaah atau mengulang ayat-ayat yang sudah dihafal. Sampai waktu dhuha, kita melaksanakan shalat dhuha 8 rakaat. Setiap rakaat kita mengulang 1 ayat yang dihafal. Jika pada shalat dhuha hafalan kita sudah lancar, insyaAllah ayat-ayat tersebut sudah menempel di benak kita” papar Syauqi.
Hal yang membuat Palestina selalu dirindukan adalah nilai perjalanan di sana. “Kita bisa menjadikan perjalanan ke Mekah dan Madinah sebagai perjalanan spiritual, tapi perjalanan jihad tidak bisa kita dapatkan di sana. Perjalan jihad bisa kita dapatkan di Palestina.” tutur Syauqi. Semangat jihad rakyat Palestina menjadi penggugah semangat. Jika tidak ada hambatan, Mei 2013 Ia akan kembali ke Palestina untuk menyalurkan donasi dari Rumah Zakat dan Indonesia Tanpa JIL. [lnd]