Ada kata yang lebih indah untuk
menghibur diri kala di tinggal sendiri. Membuat syair-syair syahdu yang
memungkinkan ia ber-karya bersama batin. Ikut larut dengan gerakan-gerakan
tangan dan kegesitan pikiran yang berimajinasi dalam suka juga dalam lamunan
melalui lembaran-lembaran kertas. Segala cuap akan tergambar dalam delik
kenyataan yang menggema dalam kehidupan yang berlarut siang berganti malam.
Hingga ia tahu bahwa ketenangan itu berada dalam satu gumpalan yang bernama
Kalbu.
Perikehidupan yang membahana dalam
beragam warna. Menebar di mana-mana kemudian menjadi irama tersendiri dalam
satu alunan perjalanan hidup setiap insan yang bernyawa. Ada kesulitan kala
kemudahan tengah dijalani, ada juga kesedihan kala kebahagiaan tengah
dinikmati, ada pula keresahan kala ketenangan sedang menemani dan seterusnya.
Namun ada satu pertanyaan yang
seringkali muncul dalam benak saat peraduan sedang sepi. Kita hidup untuk apa
dan untuk siapa?
Pertanyaan-pertanyaan yang semisal akan
muncul ketika hasrat ingin menjelajah lebih dalam apa arti sebuah kehidupan bagi
setiap yang bernyawa, terutama manusia. Namun, hal semacam itu perlahan akan
pudar seiring dari pergolakan antara ruh yang senantiasa juhud pada takdir yang
telah dikehendaki dengan keadaan dunia yang semakin memancing gerak langkah
untuk mengalami, mencoba, melewati, menjamah, mencari dan semisalnya. Hingga saatnya,
pengalaman-pengalaman memberikan jawaban kepadanya akan arti sebuah kehidupan.
Jika sudah mengenal Sang Pemilik
Kehidupan, kiranya tidak berlebihan untuk menguntai kata seperti bait-bait ini,
--->
Wajjahtu Wajhiyah
Ku Siratkan Wajah Dalam Setiap Keindahan
Ku Tautkan Pikiran dalam Setiap Kesucian
Ku Semayamkan Jiwa dalam Setiap Ketaatan
Ku Lembutkan Hati dalam Setiap Kejuhudan
Untuk Kemuliaan,
Untuk Kebaikan,
Untuk Kebahagiaan,
Untuk Kedamaian,
Seindah apapun Ia, Sementara,
Semegah apapun Ia, Sesaat,
Semolek apapun Ia, Selaksa,
Wajah duniaku bukanlah wajah akhiratku
Inilah wajahku ya Rabby,
Inilah ibadahku ya Rabby,
Inilah shalatku ya Rabby,
Inilah imanku ya Rabby,
Hanya Untuk-MU,
Kesempurnaan hanyalah milik
Allah, maka tunduknya kita adalah dengan segala apa yang kita miliki mengingat
kekurangan, kesilapan, kelemahan, kehinaan untuk tetap menghadapkan wajah
sesuai ketentuan-Nya, menautkan hati kala ia bersahaja dengan-Nya, serta
melemah lembutkan jasad kala berdiri menghadap-Nya tanpa ada tawar-menawar
serupiahpun.
Kreasi pikiran dan imaginasi lewat sebuah
untaian kata yang dirakit dengan tujuan untuk menghiasi, mewarnai, bahkan
menghibur hati yang sedang sepi. Karena kebutuhan manusia akan “refreshing”
tidak bisa dipisahkan dengan kebutuhan pokok (primer) nya manusia wujud dari
renungan akan arti kehidupan yang sebenarnya.
Wallahu a’lam Bishawwab