Kurikulum Militer Untuk Melawan Israel, Siswa sekolah menengah atas di Kota Gaza mengikuti kurikulum pendidikan militer yang diterapkan Pemerintahan Hamas di Palestina, 24/01. Lebih dari tiga ribu siswa dari beberapa sekolah lulus dalam ujian pendidikan militer. Di Gaza kurikulum menembak tersebut di fungsikan untuk dapat bertahan melawan invasi tentara Israel yang kerap terjadi setiap waktu.
GAZA, muslimdaily.net - Pelajar menengah atas di Kota Gaza mengikuti kurikulum pendidikan militer yang diterapkan Pemerintahan Hamas di Palestina, 24/01.
Lebih dari tiga ribu siswa dari beberapa sekolah lulus dalam ujian pendidikan militer. Di Gaza kurikulum menembak tersebut di fungsikan untuk dapat bertahan melawan invasi tentara Israel yang kerap terjadi setiap waktu. [msn]
Warga Palestina menemukan inovasi baru untuk menghadapi proyek distrik Zionis di desa Bab al-Shams, Baitul Maqdis. Inovasi tersebut berhasil membangkitkan kemarahan Rezim Zionis israel.
Menurut laporan Mehr News mengutip Maan News, kondisi desa Bab al-Shams yang dijadikan basis warga Palestina dengan mendirikan kemah-kemah guna melawan proyek distrik Zionis dilaporkan sangat krisis.
Abdullah Abu Rahma, aktivis anti distrik Zionis dan tembok pemisah mengatakan, penjajah selain memperketat blokade terhadap desa Bab al-Shams di Baitul Maqdis timur juga memberlakukan kondisi militer di kawasan ini serta mencegah bergabungnya warga Palestina lainnya ke desa ini.
Aktivis Palestina ini seraya mengisyaratkan upaya Israel untuk mengusir warga dari desa Bab al-Shams menjelaskan, "Kami hanya memiliki tekad, fasilitas kami tidak memiliki. Namun mereka tidak akan dengan mudah mengusir kami. Kami akan memanfaatkan seluruh pengalaman yang kami miliki untuk bertahan dan melakukan perlawanan."
Menurutnya, Israel paling sedikit membutuhkan 800 serdadu untuk mengusir warga dari desa Bab al-Shams.
Sementara itu, Salam Fayyad, perdana menteri Otorita Ramallah memuji program Komite Perlawanan Rakyat anti Tembok Pemisah dan Distrik Zionis memusatkan pelawanannya di desa Bab al-Shams dan zona E1.
Ia menambahkan, upaya ini sejatinya menunjukkan betapa besar komitmen bangsa Palestina terhadap hak dan tanah air mereka. Selain itu, hal ini juga mengindikasikan dengan jelas kesiapan rakyat mendukung cita-cita tersebut dan menentang pembangunan distrik Zionis Israel.
Seperti diberitakan sebelumnya ratusan warga al-Quds menggelar unjuk rasa menentang pembangunan distrik Zionis di kawasan ini. Aksi demo warga kemudian diapresiasi oleh para aktivis dengan aktivis membangun kamp dengan nama desa Bab al-Sams, terdiri dari 20 kemah baru untuk berunjuk rasa selama 3 hari.
Para penggagas unjuk rasa menyatakan, undangan aksi berasal dari Komite Perlawanan Rakyat anti Tembok Pemisah dan Distrik Zionis, sebagai ungkapan penolakan atas kebijakan penjajah terkait pemukiman dan penyitaan tanah.
Penjajah Israel memutuskan untuk membangun 4000 unit pemukiman di area ini, sebagai bagian dari peroyek E1, yang bertujuan menghubungkan pemukiman di al-Quds dengan pemukiman Maaleh Adumim di kawasan al-Quds Timur, pada saat yang sama memisahkan al-Quds dari Tepi Barat dan memisahkan Utara Tepi Barat dari wilayah Selatannya.
Rencana proyek pemukiman zionis E1 dibangun di area seluas 13 Km2, dan kawasan Zanibah termasuk di dalamnya, di mana sejumlah asosiasi keluarga pedesaan tinggal, seperti warga Arab Sawahira, Arab Jahalin dan lainnya.