Start By Reading

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang". الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ "Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam". الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ "Maha Pemurah lagi Maha Penyayang". مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ "Yang menguasai di Hari Pembalasan". إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ "Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan". اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ "Tunjukilah kami jalan yang lurus", صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ "(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat".
Monday, January 14, 2013

Mengapa Harus Ada Kereta Khusus Wanita

0 comments
 
Jakarta - Sudah berlari menuju Stasiun Kereta Palmerah, tak juga mampu mengejar kereta arah Tanah Abang yang meluncur dari acara Kebayoran. Terpaksa naik Kopaja 608 menuju Stasiun Karet, berharap tak lama menunggu kereta dari Tanah Abang.

Tiba di sana bertepatan dengan datangnya kereta dari Tanah Abang. Sayang, antrian penumpang yang membeli tiket cukup panjang. Kereta sudah lebih dahulu diminta jalan.

Sepuluh menit menunggu, yang datang Commuter Line hanya khusus untuk wanita alias Rangkaian Kereta Khusus Wanita (RKW) jurusan Bogor. Tampak di dalam kereta, jejeran tempat duduk yang kosong. Hanya diisi sekitar 10 penumpang per gerbong.

Lebih setengah jam menunggu Commuter Line berikutnya yang meluncur dari Stasiun Kemayoran. Itu pun hanya sampai Depok. Penumpang sudah berjejal di dalam gerbong. Itu baru di Karet, padahal masih ada 13 stasiun lagi sebelum sampai Depok.

Ide peluncuran kereta khusus wanita kemungkinan didasarkan atas 2 pertimbangan. Pertama, jumlah penumpang wanita lebih banyak dari laki-laki.

Kedua, demi kenyamanan dan keamanan penumpang wanita karena kadang terjadi sexual harrasment di kereta campuran-apalagi di KRL ekonomi.

Rasionalkah kebijakan tersebut?

Berdasarkan data kependudukan yang dikeluarkan Departemen Dalam Negeri per 31 Desember 2010, penduduk Indonesia berjumlah 259.940.857. Jumlah ini terdiri atas 132.240.055 laki-laki dan 127.700.802 perempuan.

Angka ini bila dibuat Rasio Jenis Kelamin (RJK) menjadi 104, artinya ada 104 laki-laki pada setiap 100 perempuan. Sederhananya, jumlah laki-laki di Indonesia lebih banyak dibandingkan perempuan. Sehingga alasan pertama praktis tidak tepat.

Ada lagi seorang wanita yang mengungkapkan ketidaksukaannya pada perilaku beberapa penumpang di RKW.

"Walau sesama wanita, entah kenapa rasa empatinya malah berkurang kepada wanita lain yang membutuhkan tempat duduk. Kesal rasanya melihat gadis muda sehat, tak mau memberikan tempat duduk pada nenek-nenek ataupun ibu hamil."

Sebagian wanita juga praktis tidak akan menggunakan RKW karena mereka berangkat bersama suami atau pacarnya atau anak cowoknya yang sudah remaja.

Ini berarti bukan hanya mengabaikan hak sejumlah laki-laki untuk memanfaatkan fasilitas umum yang tersedia, namun sejumlah wanit pun juga diabaikan haknya.

Tanpa sadar ini juga sebuah bentuk tindakan yang meremehkan kemampuan wanita untuk beradaptasi dengan tekanan. Melanggar prinsip kesetaraan gender, sebuah bentuk pelanggaran hak asasi manusia (HAM).

Pelanggaran lainnya

Kenaikan harga tiket Commuter Line (CL) sebesar Rp 2.000 awal Oktober 2012 yang lalu ternyata tidak diikuti peningkatan pelayanan. Jumlah kereta yang terbatas membuat jadwal keberangkatan sering bergeser.

Selain penumpukan penumpang dan terpaksa harus berjejal dalam kereta berikut, pergeresan waktu ini menyebabkan penumpang terlambat sampai di tempat kerja. Sebagian Commuter Line juga hanya dilengkapi fasilitas kipas angin, AC nya tidak berfungsi.

Empat hari setelah kenaikan tarif KRL Commuter Line, gerbong KRL anjlok di stasiun Cilebut. Selesai itu diperbaiki, giliran jalur kereta antara stasiun Cilebut dan Bojong Gede sepanjang 100 meter longsor pada akhir bulan Nopember.

Akibatnya kereta dari Bogor menuju Jakarta, maupun arah sebaliknya tidak bisa melintas. Kereta hanya bisa beroperasi sampai Stasiun Bojong Gede. Padatnya jalan mengakibatkan angkutan umum trayek Pasar Anyar-Bojong Gede sering putar balik sebelum sampai station.

Keterlibatan Marinir dan Brimob dalam penggusuran di sejumlah stasiun kereta, selain mengakibatkan pedagang kehilangan sumber mata pencaharian, juga tidak mempunyai dasar hukum.

Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI, tidak ada kaitannya sama sekali dengan penertiban pedagang asongan.

Apalagi pedagang sudah membayar sewa lapak kepada petugas dari PT KAI, ada yang nilainya sampai empat juta rupiah setahun.

Fokus pada peningkatan kapasitas

Pembongkaran lapak pedagang dan area parkir penitipan motor di Stasiun Kereta Api Bogor menurut informasi untuk membangun stabling atau area parkir rangkaian kereta karena mulai tahun 2013 akan ada penambahan rangkaian kereta api.

Sebelumnya di stasiun ini juga telah dibangun kios-kios Pedagang Kaki Lima (PKL) modern, bentuknya seperti garasi mini. Di lokasi PKL modern ini tercatat ada 112 pedagang yang berjualan.

Optimalisasi pengaturan penumpang dan keberangkatan kereta api memerlukan penambahan lokomotif dan gerbong dan itu harus paralel dengan upaya penambah jalur rel kereta.

Harus diakui itu tidak mudah, frekwensi perjalanan kereta api bukan hanya ditentukan oleh jumlah lokomotif dan gerbong, tapi kepadatan di station transit, seperti Manggarai dan Kota serta fasilitas pendukung seperti rel kereta api.

Sebenarnya dapat juga dibangun jalur rel alternatif melalui pinggir jalan tol Jagorawi untuk jalur Bogor-Jakarta. Tentu saja, ini juga tidak mudah dan akan memerlukan anggaran yang tidak sedikit, terutama untuk pembebasan lahan, yang dikuasai penduduk dan Jasa Marga.

Namun juga bukan hal yang mustahil bila Pemerintah c.q. Meneg BUMN dan PT KAI memang benar-benar berniat mewujudkan pelayanan optimal pada masyarakat pengguna transportasi massal, khususnya kereta api.

Untuk jangka pendek, harapan saya paling tidak PT KAI bisa meminimalisir keterlambatan jadwal keberangkatan kereta yang berlaku untuk semua penumpang, salah satunya dengan menghilangkan jadwal untuk RKW.

Bila tetap ingin diadakan juga peningkatan kapasitas kereta khusus wanita, saya sarankan untuk diuji coba agar dalam setiap rangkaian kereta yang berjumlah 8 gerbong tersebut, dibuat saja formulasi 1 gerbong khusus laki-laki, 3 gerbong khusus wanita, dan 4 gerbong yang boleh untuk wanita maupun laki-laki.


M Noor Azasi Ahsan
Komplek PTB Duren Sawit, Jakarta Timur
nooragri@yahoo.com
081546126037

(wwn/wwn)

Leave a Reply

DisClaimer Notes: Jika di Blog kami ditemukan kesengajaan dan atau tidak sengaja menyakiti siapa pun dan dalam hal apapun termasuk di antaranya menCopas Hak Cipta berupa Gambar, Foto, Artikel, Video, Iklan dan lain-lain, begitu pula sebaliknya. Kami mohon agar melayangkan penyampaian teguran, saran, kritik dan lain-lain. Kirim ke e-mail kami :
♥ amiodo@ymail.com atau ♥ adithabdillah@gmail.com