Start By Reading

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang". الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ "Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam". الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ "Maha Pemurah lagi Maha Penyayang". مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ "Yang menguasai di Hari Pembalasan". إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ "Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan". اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ "Tunjukilah kami jalan yang lurus", صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ "(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat".
Monday, January 14, 2013

Menjadi Gila Karena Menduakan Allah

0 comments

“Perawan tua.” Begitu orang desa menyebut wanita yang sudah berumur lebih namun belum juga menikah. Seperti tuduhan, pertanyaan kapan menikah, sering kali mengganggu kehidupan mereka. Meskipun mungkin tak ada niat bagi orang yang bertanya tersebut untuk menyakiti hati orang yang ditanya. Apabila seorang wanita yang telah berumur lebih itu tidak berfikir jernih, mungkin saja dia akan mengambil jalan pintas untuk mendapatkan jodohnya. Seperti yang terjadi pada kawanku Asih. Yang pada suatu hari datang tergopoh-gopoh ke rumahku.

“Gila! Nggak salah kamu, Sih? Hari gini masih percaya dukun?”

“Udah deh, Dell. Mendingan kamu dengerin apa kataku. Beres kan?” Asih ngotot  mau menjelaskan pikiran ngawurnya padaku. Setelah selesai berkata, tanpa menunggu lama ia menyeret aku mengikuti langkahnya. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala tak percaya dengan tindakan nekatnya itu.

Mungkin seperti tembang jawanya Mantos, 'cinta ditolak ya mbah dudun bertindak'. Huffh… hari yang sangat terik ketika kami sampai ke kediaman Mbah Cokro. Meskipun panas mentari begitu ganasnya, namun rumah Mbah Cokro itu sangat adem. Di depan rumah tersebut tumbuh pohon beringin yang sangat besar dan rindang.

“Dell, kata orang kampung di sekitar sini, di pohon beringin ini ada Gandarwonya,” Asih berbisik di telingaku ketika kami lewat di bawah pohon beringin tersebut.

“Heh! Kamu jangan macam-macam ya, Sih. Aku udah ngebelain nemenin kamu, eee…sekarang kau tambahi dengan menakut-nakutiku. Kamu sengaja ya, mau bikin aku tidak bisa tidur malam ini!” mukaku tak tekuk sedemikian rupa agar Asih berhenti menerorku dengan mahluk yang aneh-aneh lagi.

Dasar penakut, itulah aku. Namun dalam hatiku tertawa melihat Asih yang berjalan merapat di sampingku, setelah dia mengucap sendiri mahluk tinggi besar kayak raksasa tahayulnya tadi. Hiks, rasain loh! Makannya jangan sok nakut-nakutin, kalau nggak mau ketakutan sendiri. Hihihihi, aku tertawa dalam hati. Sudah tak anjurin untuk shalat istikharah, elahdalah malah ngajakin ke tempat begituan, biar saja dia kualat sama Allah karena percaya hal-hal yang musyrik.

Berawal dari pertemuan kami dengan si ganteng tetangga kami yang baru pulang dari luar negeri. Si Asih itu ternyata tergila-gila pada pemuda baik hati dan ramah tersebut. Dia anak tante Aisah. Tante Aisah orangnya baik, aku sering datang ke rumahnya untuk mengerjakan tugas kuliah bersama Ady adik Edy. Tante Aisah mempunyai dua putra yang satu kuliah di luar negeri dan yang satu adalah Ady teman kuliahku.

Asih bertemu dengan Edy tidak sengaja, waktu itu ketika dia hendak membeli nasi goreng di warung dekat rumah kami. Rumah kami memang berdekatan. Asih bekerja sebagai bidan di puskesmas desa kami. Sejak perjumpaannya dengan Edy waktu itu, Asih sering meminta bantuanku untuk memberikan surat yang ia tulis untuk Edy. Asih memang teman dekatku, selain memang kami bertetangga, aku juga sering mengantar ibuku yang sakit-sakitan untuk berobat di puskesmas tempat ia bekerja.

Orang tua Edy termasuk dalam deretan orang kaya di desa kami. Dan Asih juga termasuk lumayan perekonomian keluarga mereka. Sementara aku dan ibuku sangat pas-pasan. Apalagi sepeninggal ayah, ibuku yang hanya seorang guru di sekolah dasar, hanya menggandalkan gaji setiap bulan dan hasil sawah yang tak seberapa untuk melangsungkan hidup kami. Untung ada kakaku yang sudah bekerja sebagai pegawai di kantor kabupaten yang membantu perekonomian keluarga kami.

Asih memang sudah pacaran sama si Ganteng tersebut, layaknya pacaran di desa kami, jauh berbeda dengan orang-orang kota. Kami masih sangat menjaga jarak kalau pacaran. Tetapi selama ini Asihlah yang selektif menemui dan mengajak si Ganteng jalan. Dan katanya dia juga telah mengatakan cintanya pada Edy. Tetapi Edy tidak pernah atau mungkin belum menyatakan cintanya kepada Asih.

Asih yang usianya sudah matang, sering didesak sama orang tuanya untuk segera menikah. Sementara Edy masih cuek bebek, bahkan sepertinya tidak bersemangat untuk meladeni Asih. Aku pernah menyinggung hal ini pada Asih untuk tahan diri, jangan terlalu ngotot. Menurut pengamatanku nih, cie ile… Biasanya laki-laki tidak suka dikejar wanita, bahkan kebanyakan mereka merasa lebih berwibawa untuk mengejar wanita yang susah ditaklukan. Benar nggak kawan? Yang merasa laki-laki maju selangkah dan jawab pertanyaanku. Sifat wanita yang kayak gimana sih yang bikin pria gregetan dan gemas? Simpan sendiri-sendiri jawabannya ya kawan, walah sok tahu aja sih aku ini. Oke lanjut...

Ketika aku diajak menemani Asih untuk pergi ke dukun waktu itu, aku sempet tertawa terbahak-bahak sampai Asih tersinggung mendengar tawaku. Hahahaha peduli amat! Memang kami sudah sangat akrab, jadi meskipun marah, itu hanya berlangsung sebentar saja.

Kami terkejut mendengar suara orang mempersilahkan kami masuk dari dalam rumah berlantai tanah tersebut, ketika kami baru saja hendak mengetuk pintu.

Wah, sakti juga rupanya nih dukun. Jangan-jangan dia juga bisa membaca pikiran orang, aduh bisa-bisa ketahuan kalau di dalam otakku tercatat bahwa aku nggak percaya hal-hal macam jimat yang berserak di meja dan di lemarinya. Ugh… bisa gawat kalau begini? Aduh rupanya aku sudah ketularan hawa megis dalam ruangan tersebut, ah bagaimana mungkin aku percaya pada hal begituan? Duh ya Allah lindungilah hambamu ini, bisikku menenangkan diri. Asih tersenyum dan memang dia itu sudah gila karena cinta, jadilah otak dan pikirannyapun tak bisa bekerja secara logika. Logikanya cinta yang tak dapat dipaksakan, apalagi dengan tahayul macam begitu.

Belum lagi Asih menuturkan keinginnannya, sang dukun tersebut manggut-manggut seolah dia telah mengerti apa mau pasiennya.

“O, jadi kamu ingin pacarmu bertekuk lutut padamu, baiklah ikut aku,” suaranya berat, berjanggut panjang, memakai jubah dan ikat kepala. Wuih, kayak wali saja penampilannya.

Asih dengan semangat mengikutinya dari belakang, dan aku ikut disiseretnya masuk. Kami duduk bersimpuh di atas sebuah tikar pandan. Kemenyanpun disulut di dalam sebuah wadah.

“Siapa namamu, dan nama pacarmu itu?” tanyanya kemudian.
“Asih Mbah, nama pacarku Edy,” ucap Asih rada gugup. Takut juga dia rupanya, sama dukun santet jaran goyang macam gitu. Hufh… dasar! Aku mengumpat pada diriku sendiri mengapa mau datang ke tempat dukun itu.

“Bismilah…kkaksjjb Asih djhgygu rdgsvd gtrubruyg rjhgbvh cbu ruihu fjjfbffhu Edy fvhvkhvujh,” sang dukun membacakan manteranya. Aku tak habis pikir mengapa dia membaca bismilah sebelum mengucap mantra yang dimintanya dari penunggu jimat yang ia punya.

“Sudah. Mbah akan membantumu, Edy akan melihatmu dengan tatapan yang berbeda esok, kalau kamu bertemu dia,” lanjut dukun kibul tersebut.

“Jangan lupa sebut namanya dan lafalkan doa ini setiap kau melakukan apa saja. Cuman jangan menyebut namanya ketika kamu buang air besar atau kecil, nanti dia bisa gila,” ucapnya serius, seraya menyerahkan secarik kertas berisi tulisan doa yang harus dilafalkan Asih.

Ah yang bener, kalau aku jadi Asih aku pasti akan melakukan percobaan gila tadi, apa benar kata-katanya itu? Kak Edy jadi gila, ah kalau beneran gimana? Kasihan ah orang ganteng begitu kok jadi gila. Aku mulai ngelantur dengan pikiran yang macam-macam. Percaya deh, seratus persen kalau hal begituan akan sia-sia saja, meskipun aku ikut manggut-manggut tanpa sebab aku mengerti atau mengejek. Aku lihat Kak Edy yang taat beribadah begitu, mana mempan digondam dengan ajian jaran goyang. Aku tentu saja tahu, karena aku sering ke rumahnya. Dan bahkan kadang kalau ada tugas kuliah yang tak aku dan Ady pahami, aku akan menanyakannya padanya. Dia orangnya pintar dan baik.

Ternyata, masih ada ya di jaman moderen begini yang percaya tahayul macam begitu. Kadang aku juga sering heran ketika melihat majalah yang berbau mistik dengan berita-berita tuyul atau dedemit.

Setelah pulang dari rumah Mbah Cokro tersebut, dan melaksanakan ritual mandi kembang setaman yang danjurkan oleh dukun itu, Asih kelihatannya kehilangan kendali dirinya. Dia suka datang ke rumah tante Aisah dan memberikan oleh-oleh untuknya dan juga tentu untuk menemui Edy. Kelihatannya dia sudah tidak punya malu lagi. Ya iyalah, itu pasti karena setan yang bersarang dalam tubuhnya. Namun ternyata tidak ada reaksi dari Edy sama sekali, setelah Edy melihat Asih. Edy juga tak kunjung meminta Asih untuk menjadi istrinya. Malah justru semakin risih dengan tingkah Asih yang sering datang ke rumah untuk menemuinya tersebut.

Sungguh Allah maha melihat hambanya yang berbuat salah, karena tidak dihiraukan oleh Edy, semakin hari Asih sering melamun dan ngelantur nggak karuan, rupanya jiwanya telah terganggu dan diapun menjadi gila. Sebelum sakitnya separah sekarang, aku sering datang ke rumahnya dan menyuruhnya untuk menunaikan shalat, tetapi justru ia mengamuk mendengar nasehatku. Dan keluarganya juga sama seperti dia lebih memilih membawa Asih ke paranormal dari pada ke rumah sakit atau kiai untuk didoakan dan meminta kepada Allah agar diberikan kesembuhan.

Jadi di sini terlihat jelas tak ada suatu kebaikan yang dapat dipetik dari tindakan musrik. Menduakan Allah, apapun itu alasannya, adalah suatu hal yang sangat dibenci-Nya.  Semua pekerjaan atau tujuan yang ditujukan hanya untuk Allah dan datang juga hanya karena Dia semata, insya Allah banyak sekali hikmahnya di kemudian hari.

So, mengejar jodoh dengan didasari kepasrahan bahwa semua itu hanya dari Allah, dan Allahlah yang mengatur semua kejadian di dunia ini, dan tak usah khawatir.  Melangkah di jalan Allah, karena itulah yang terbaik. Allah selalu menepati janjinya. Bagi orang yang beriman dan yang berbuat kebaikan maka Allah akan memberikan hadiahnya yaitu surga Allah yang kekal. Piiis.

Leave a Reply

DisClaimer Notes: Jika di Blog kami ditemukan kesengajaan dan atau tidak sengaja menyakiti siapa pun dan dalam hal apapun termasuk di antaranya menCopas Hak Cipta berupa Gambar, Foto, Artikel, Video, Iklan dan lain-lain, begitu pula sebaliknya. Kami mohon agar melayangkan penyampaian teguran, saran, kritik dan lain-lain. Kirim ke e-mail kami :
♥ amiodo@ymail.com atau ♥ adithabdillah@gmail.com