Bilal
Selasa, 8 Januari 2013 09:14:39
Selasa, 8 Januari 2013 09:14:39
BIMA (Arrahmah.com) - Para
Pekerja media di Bima, Nusa Tenggara Barat gelar aksi solidaritas
kepada keluarga korban penembakan brutal Detasemen Khusus 88 (Densus 88)
yakni Ustadz Bachtiar berupa penggalangan dana.
Menurut pengakuan salah satu awak media, dari Harian Umum Bima
Ekspres, Sofyan Asy'ari, aksi penggalangan dana dilakukan para jurnalis
secara spontan.
"Saya tidak memiliki hubungan darah dengan keluarga almarhum Ust.
Bachtiar," kata Sofyan. "Namun saya prihatin dengan kondisi keluarganya.
Apalagi melihat tiga anaknya yang masih kecil, mereka sudah menjadi
yatim," tutur Sofyan menjelaskan kepada koresponden an-najah.net yang
dilansir pula digrup wartawan Muslim.
Sofyan berinisiatif menggalang dana tersebut tiba-tiba, tidak
terencana sebelumnya. Pertama kalinya, ia hanya menginformasikan ke
salah seorang kawan wartawannya, kemudian pesan singkat (sms) itu menyebar sampai masuk grup wartawan.
"Saya nggak sangka mendapat sambutan dari kawan-kawan. Alhamdulillah, hingga malam ini (malam ini, 7/1, pukul, 21.00 WIB), sudah terkumpul, 2.500.000.00," ungkapnya dengan gembira.
SMS solidaritas yang juga sempat masuk ke Grup WhatsUp AJIMUSA
(Aliansi Jurnalis Muslim Nusantara) itu berbunyi, "Ayo dukung
Solidaritas Wartawan Bima untuk Keluarga Ust. Bachtiar korban
penembakkan "Densus 88". Hubungi Sofyan Asy'ari, Harian Umum Bimeks
(081917505553)."
"Harapan saya, semoga meringankan beban keluarga korban," ungkap Sofyan.
Semoga Allah memudahkan urusannya, dan menerima amalan para donatur diterima disisi Allah swt.
Semoga Allah memudahkan urusannya, dan menerima amalan para donatur diterima disisi Allah swt.
Keluarga tolak tuduhan teroris
Sementara itu, pihak keluarga meminta Polisi untuk mengembalikan
jenazah yang dituding sebagai terduga teroris bernama Bahtiar kepada
keluarganya di Bima, Nusa Tenggara Barat. Keluarga juga menolak keras
tuduhan teroris pada pria yang bekerja sebagai penjual roti itu.
Rumah keluarga Bahtiar di RT 14 RW 1 Kampung Bugis, Bima, didatangi warga, Ahad (6/1) seperti dilansir metrotvnews. Mereka mengaku kaget dan tak percaya pria empat anak itu disebut sebagai jaringan teroris buruan polisi.
Keluarga shock atas tuduhan itu. Apalagi, pria berusia 35 tahun itu
dikenal sebagai sosok yang santun dan mudah bersosialisasi dengan
masyarakat. Gelagatnya sama sekali tak mencurigakan.
Meski demikian, Nuraini, istri Bahtiar, merelakan kematiannya. Ia
hanya ingin polisi segera mengembalikan jenazah suaminya dan menolak
otopsi. Hingga kini, jenazah Bahtiar berada di RS Polri Kramatjati,
Jakarta.
Nuraini menuturkan penyergapan berlangsung saat suaminya hendak
menagih utang ke seorang pelanggan di Dompu. Suaminya dicegat dan
diberondong peluru hingga tewas. Nuraini yakin polisi salah sasaran.
(bilal/arrahmah.com)